Pembesaran lobster air tawar bertujuan untuk mendapatkan lobster dewasa yang siap dikonsumsi, untuk mendapatkan indukan dan untuk dijadikan lobster hias. Pembesaran lobster sangat berhubungan dengan laju pertumbuhan. Semakin tinggi laju pertumbuhannya, waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan lobster ukuran konsumsi akan semakin pendek.
Pertumbuhan pada lobster dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi. Pertumbuhan mutlak yaitu ukuran rata-rata yang dicapai oleh lobster dalam satuan waktu tertentu. Sementara pertumbuhan nisbi didefinisikan sebagai ukuran panjang apa berat yang dicapai dalam periode tertentu yang di hubungkan dengan panjang atau berat pada awal periode tersebut.
Secara umum, pertumbuhan di pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat genetis dan kondisi fisiologi. Sementara faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang menjadi media pemeliharaan, antara lain kimia air, substrak dasar, suhu air, dan ketersediaan pakan.
Dalam pembesaran, pilih benih yang berjenis kelamin jantan saja karena pertumbuhannya lebih cepat daripada yang betina apalagi ketika memasuki tahap pembesaran energi yang dimiliki lobster betina tidak hanya untuk membesarkan dagingnya, tapi juga untuk memelihara telurnya.
1. Persiapan Kolam
Wadah pembesaran lobster perlu dibersihkan dari zat beracun terutama bagian dasar kolam umumnya, zat beracun berasal dari polutan pakan dan bangkai lobster pada periode pemeliharaan sebelumnya. Untuk membersihkannya, lapisan tanah yang berbau tersebut dikerok dan dibuang. Selanjutnya, kolam dikeringkan dan dipupuk seperti pada persiapan pembenihan.
2. Persiapan Instalasi/infrastruktur Kolam
Sebelum kolam diisi dengan benih, sebaiknya sistem pemasukan dan pengeluaran air sudah bisa di operasikan. Jumlah dan jenisnya perlu disesuaikan dengan jumlah benih yang akan ditebar. Sistem aerasi dan sirkulasi air sudah dapat bekerja dengan baik.
1. Persiapan Benih
Rekondisi pertama dilakukan dengan mencipratkan air pada benih pada sebuah wadah, misalnya ember. Pencipratan dilakukan pada seluruh tubuh benih, terutama insang. Kolam karantina diaerasi kuat dan diusahakan kondisi kolam gelap (diberi penutup). Rekondisi dilakukan selama 1-2 hari.
Sebelum menebar benih, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut;
1) Cek kualitas air, terutama suhu, pH, dan DO. Pastikan suhu air berkisar 26-290C, pH 7-8, dan DO sekitar 4 ppm
2) Cek kondisi kolam jangan sampai masih ada kebocoran
3) Sistem aerasi sudah berjalan dengan baik. Areator atau blowerharus sudah dinyalakan 24 jam sebelum ditebar
2. Menebarkan Benih
Jika media pembesaran berupa kolam semen, bagian atas kolam tersebut sebaiknya diaci apa dikeramik atau paling tidak 10-20 cm bagian paling atas dari wadah pembesaran harus dibuat licin. Untuk kolam tanah, bagian pinggirnya harus diberi pagar dari karpet talang air selain itu, selang masuknya air atau kabel listrik sebaiknya dimasukan ke dalam pipa paralon agar tidak dijadikan sebagai tempat memanjat lobster.
Ukuran benih yang akan ditebar sebisa mungkin seragam. Namun mendapatkan benih yang demikian memang agak sulit. Oleh karenanya, perbedaan ukuran benih masih bisa ditoleransi hingga tidak lebih dari 10 gram.
Tingkat kepadatan dalam penebaran berkisar 5-10 ekor/m2 dengan masa pemeliharaan 6-8 bulan. Kepadatan tinggi dapat meningkatkan mortalitas atau memperlambat laju pertumbuhan. Benih ditebar dengan cara meletakannya diatas permukaan kolam tanah/ semen. Jangan sekali-kali menebar benih dengan cara dilempar karena dapat merusak organ dalam dan organ luar.
3. Pemberian pakan
Lobster adalah jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala. Sebaiknya, makanan untuk lobster diberikan dalam kondisi mentah, baik itu sayuran maupun daging. Lobster makan didasar kolam, sehingga makanan harus ditenggelamkan ke dasar kolam. Pakan lain yang cuckup baik di beri untuk lobster adalah daging, cacing sutera dan blood worm. Namun, jika cacing sutera atau cacing tanah diberikan harus ada perlakuan khusus.Ketika baru diambil dari sungai atu baru dibeli dari pedagang harus diendapkan terlebih dahulu selama satu hari. Tujuannya agar cacing membuang kotoran didalam perutnya sehingga yang tersisa hanya dagingnya. Para pembudidaya pemula disarankan menggunakan cacing beku untuk pakan lobster-lobsternya.
Dalam sehari, pakan yang diberikan sebanyak 3% dari berat badan lobster. Pakan tersebut diberikan dua kali sehari, yakni pagi hari pukul 07.00 - 10.00 pakan sebnayak 25% dan sore hari pada pukul 17.00 sebanyak 75%. Persentase pemberian makan malam lebih banyak karena lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada malam hari.
Cara lain untuk mengetahui jumlah pakan yang akan diberikan adalah dengan menetapkan target pertumbuhan yang diinginkan secara periodikal, kemudian menghitung kebutuhan pakan yang menunjang pertumbuhan tersebut. Cara ini sangat bermanfaat untuk mengetahui secara logis antara pertumbuhan dengan pakan yang dapat dijadikan pola yang lebih terukur.
4. Pertumbuhan Benih
Pertumbuhan erat kaitannya dengan konsumsi pakan, lingkungan tumbuhan dan faktor genetis. Pemberian pakan memegang peranan yang paling tinggi. Dengan pemberian pakan yang sesuai, pertumbuhan lobster bisa diprediksi. Semakin besar atau bertambahnya umur lobster, tingkat pertumbuhannya akan semakin menurun (persentase pertumbuhannya semakin kecil).
5. Pencegahan Hama dan Penyakit
Meskipun lobster air tawar termasuk tahan terhadap serangan hama dan penyakit karena kulitnya yang keras dan tebal, tetapi kewaspadaan tetap saja diperlukan. Beberapa penyakit yang sering menyerang lobster dan menyebabkan kematian adalah sebagai berikut :
1) Saprolegnia dan Achyla
Kedua pathogen ini menyerang jaringan luar lobster dan menyerang telurnya. Mereka dapat menghambat pernapasan lobster sehingga telur akan mati dan tidak menetas. Tanda lobster terserang penyakit ini adalah pada tubuhnya ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas. Cendawan ini menyebabkan nafsu makan lobster menurun dan akhirnya mati. Cara mengatasi Saprolegnia sp adalah dengan merendam lobster yang terinfeksi ke dalam Malachite Green 2-3 ppm selama 30-60 menit.
2) Cacing jangkar
Cacing Lernea cyprinacea dan Lernaea carasii menembus jaringan tubuh dengan kaitnya yang menyerupai jangkar. Bagian insang pada lobster yang terjangkit tampak dihuni cacing dan terdapat cairan atau lender yang memanjang. Akibatnya, lobster kekurangan darah kehilangan bobot tubuh, dan kemudian mati. Cacing jangkar dapat diatasi dengan merendam lobster yang terinfeksi kedalam larutan garam (20 gram garam dilarutkan ke dalam 1 liter air) selama 10-20 menit.
3) Argulus foliaceus
Serangan argulus pada lobster ditandai dengan adanya bintik merah pada tubuh. Racun argulus ini menyebabkan kematian pada lobster akibat anemia dan kehilangan banyak darah. Racun yang melukai kulit bisa mengundang infeksi saprolegnia yang semakin menambah penderitaan lobster. Penyakit ini bisa diatasi dengan merendam lobster kedalam 1 mililiter Lysol yang dilarutkan dalam 5 liter air selama 15-60 detik. Setelah itu, rendam lobster ke dalam sodium permanganate sebanyak 1 gram yang dilarutkan dalam 100 liter air selama 1,5 jam. Pemberiaan Neguvon, Masoten, dan Lindane dilakukan jika serangan telah mencapai stadium puncak karena ketiganya bersifat racun yang justru bisa membahayakan lobster.
4) Larva cybister (ucrit)
Larva cybister (ucrit) adalah hewan yang bentukya seperti ulat, tubuhnya berwarna agak kehijauan, dan panjangnya dapat mencapai 2 cm. hewan ini memiliki gigi taring yang terletak di kepala sebagai alat untuk menggigit mangsanya. Sementara di bagian tubuh belakang, ucrit memilik alat penyengat. Meskipun demikian tubuhnya kaku, tetapi gerakannya terbilang cepat. Dilihat dari jenis darahnya, larva cybistertermasuk hewan berdarah putih.
5) Linsang
Linsang atau sero adalah hewan berkaki empat, berbulu, dan berekor panjang. Tubuhnya mirip kucung, tetapi ukurannya lebih panjang. Bila terkena sinar, matanya mengeluarkan cahaya berwarna biru. Hewan ini banyak ditemukan di daerah kaki gunung atau daerah berbukit. Tempat persembunyian sero sangat susah ditemukan.
Sejauh ini, pemberantasan sero masih sulit dilakukan karena sangat susah ditangkap. Selain itu, penciumannya juga sangat tajam, meskipun dipancing dengan ikan dan lobster yang sudah diberi racun. Hanya pencegahan yang baru bisa dilakukan dengan yang dibuat mendadak. Pencegahan lainnya dengan memagar areal kandang, tetapi cara ini membutuhkan biaya yang sangat besar.
6. Penyaing
Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan yang menyaingi lobster air tawar dalam hicdupnya, baik mengenai pakan maupun ruang untuk bergerak. Keberadaan kompotitor dikolam akan membuat bias dalam perhitungan FCR. Jumlah pakan yang diberikan ternyata tidak seluruhnya dikonsumsi oleh lobster air tawar. Penyaing ikut memanfaatkan pakan yang di tebar oleh pembudidaya. hitungan FCR menjadi lebih tinggi.
Beberapa jenis penyaing yang sering hidup bersama lobster air tawar dikolam itu yaitu bangsa siput, seperti trisipan dan concong, ikan liar seperti mujair, ketaman-ketaman serta udang kecil-kecil.
Untuk mengendalikan beberapa kompetitor ini, perlu dilakukannya upaya pemberantasan agar tidak bersaing dalam mendapatkan pakan dengan lobster air tawar. Berikut ini adalah cara yang bisa dilakukan dalam pemberantasan kompotitor:
1) Biji Teh
Bungkil biji teh adalah ampas yang dihasilkan biji teh yang diperas minyaknya. Sejauh ini, biji teh banyak diproduksi dicina. Kadar saponin dalam setiap bungkil biji teh tidak sama tetapi biasanya dengan 150-200 kg bungkil biji teh per hektar kolam, sudah cukup relatif mematikan ikan liar atau buas tanpa mematikan lobster air tawar yang dipelihara.
Dosis yang digunakan sekitar 200-250 kg/ha kolam. Sebelum ditebar, volume air dalam kolam dikurangi hingga 1/3-nya saja. Dengan demikian, dosis yang digunakan saponin menjadi lebih encer. Penggunaan bungkil ini akan lebih efektif jika dilakukan pada siang hari, pukul 12.00 atau 13.00
Sebelum digunakan, bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian direndam didalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu, air tersebut dipercik-percikan kedalam tambak, sementara menabur bungkil, aerasi dalam kolam dihidupkan agar saponin teraduk merata. Hal yang perlu di antisipasi yaitu air buangan yang telah diberi saponin. Air buangan dipastikan telah bebas dari residu saponin karena bila tidak, bisa bersifat racun bagi lingkungan sekitar.
2) Rotenon dari akar deris (tuba)
Akar deris dari alam mengandung 5-8% Rotenon.Akar yang masih kecil lebih banyak mengandung rotenone. Zat ini dapat membunuh ikan pada kadar 1-4 ppm, tetapi batas yang mematikan lobster air tawar tidak jauh berbeda.
3) Nikotin
Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat diberantas dengan nikotin pada takaran 12-15 kg/ha. Selain nikotin, kompetitor dapat di berantas dengan sisa-sisa tembakau berdosis 200-400 kg/ha. Sisa ditebarkan dikolam sesudah tanah dasar dikeringkan dan kemudian diairi setinggi 10 cm. Setelah ditebarkan, sisa tembakau dibiarkan selama 2-3 hari agar racun nikotinnya dapat membunuh kompetitor. Sementara airnya dibiarkan sampai habis menguap selama 7 hari. Setelah itu, kolam dialiri lagi tanpa dicuci dulu sebab sisa tembakau sudah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi sebagai pupuk.
7. Penyaing
Tidak ada salahnya juga, hama seperti tikus air, burung, dan kucing juga harus diwaspadai. Perlu diketahui bahwa kematian lobster umumnya tidak murni disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Kegagalan dalam pergantian kulit (moulting) pertama dapat mematikan lobster. Insang pada lobster yang memaksakan diri untuk berganti kulit biasanya akan lepas dan lobster akan mati seketika itu juga. Hal ini bisa diatasi dengan meningkatkan pasokan oksigen terlarut dalam air. Terutama sebelum dan sesudah pergantian kulit berlangsung.
8. Pencagahan
Beberapa cara yang dilakukan untuk mencegah adanya serangan hama di lokasi pembudidayaan lobster air tawar sebagai berikut :
a) Mengeringkan bak atau kolam yang akan digunakan sehingga hama-hama mati.
b) Melakukan pengapuran pada saat persiapan kolam atau bak.
c) Memasang saringan pada pintu masuk sehingga hama tidak masuk ke kolam.
d) Melakukan filterisasi, yakni air yang masuk ke areal kolam harus melalui filter terlebih dahulu sehingga bibit-bibit hama yang masih kecil dapat tertahan oleh filter tersebut.
e) Memberantas hama, baik secara mekanik, biologis, maupun secara kimiawi.
f) Memberi pagar pada seputaran areal kolam setinggi 60 cm. Bahan pagar yang digunakan yaitu seng, semen, atau jaringan.
Sementara upaya pencegahan terhadap datangnya serangan penyakit dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a) Mengeringkan kolam atau bak untuk memotong siklus hidup penyakit.
b) Mengapur kolam sebelum penebaran benih sehingga dapat membunuh hama dan penyakit, selain itu juga dapat meningkatkan pH.
c) Menjaga kualitas air agar parameternya tetap pada kondisi normal.
d) Menjaga kebersihan sekitar areal perkolaman
e) Melakukan penebaran dengan padat tebar yang optimal dan ukuran yang seragam untuk menurunkan tingkat kanibalisme.
f) Melakukan penanganan yang baik agar tidak menimbulkan luka pada tubuh lobster.
g) Menghindari masuknya binatang-binatang pembawa penyakit, seperti burung, dan siput.
9. Pemanenan
Pemanenan lobster air tawar dilakukan ketika ukurannya telah mencapai ukuran standar yang diminta pasar. Saat ini, ukuran yang banyak diminta pasar sekitar 10-12 ekor/kg atau 85-100 gram. Semakin besar ukuran, semakin dicari oleh pasar. Permintaan pasar oleh lobster air tawar tidak hanya semata-mata hanya pada ukuran. Keutuhan capit juga menjadi syarat yang mutlak untuk diterima pasar. cara memanen lobster tergantung pada sistem kolam yang digunakan.
1) Pemanenan pada kolam sistem monik
Kolam sistem monik memiliki saluran pembuangan dari papan. Sementara pada bagian dasarnya memiliki kemalir yang kedalamnya melebihi dasar kolam lainnya. Jenis kolam ini bisa digunakan untuk pembenihan maupun pembesaran lobster air tawar. Cara pemanennya sebagai berikut ;
a) Pasang saringan didepan pintu pengeluaran (monik).
b) Cabut papan monik yang paling atas dan biarkan airnya terbuang hingga mencapai ketinggian papan dibawahnya. Cabut papan kedua dan biarkan air terbuang.
c) Siapkan ember yang telah berisi air. Sebaiknya ember diisi dengan air yang berasal dari kolam agar suhu dan pH nya sama ketika dipindahkan, bibit tidak terlalu stres.
d) Sambil menunggu air surut, angkat subtract. Bibit-bibit akan menempel pada subtract. Masukan subtract dengan bibit kedalam ember.
e) Jika telah penuh dengan subtract, pindahkan bibit beserta dengan subtractnya ke hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat pemanenan.
f) Bila airnya sudah surut lagi, cabut papan ketiga agar airnya lebih surut. Biasanya bibit yang tidak menempel pada subtract akan berkumpul di kemalir. Tangkap sisa bibit tersebut menggunakan scoop net, lalu masukan keember atau ke hapa.
2) Pemanenan di kolam bersistem sipon.
Adapun tahap pemanenan lobster air tawar sistem sipon sebagai berikut ;
a) Cabut pipa PVCD yang menghubungkan saluran pembuangan mendatar. Air akan keluar dengan sendirinya.
b) Pada pintu saluran pembuangan didalam kolam pasang saringan dari jaring agar bibit atau ukuran konsumsi tidak ikut terbuang bersama air.
c) Sambil menunggu air surut, ambil subtract yang terisi oleh lobster air tawar dan masukan kedalam ember
d) Jika embernya penuh, pindahkan lobster tersebut kedalam tempat penampungan.
3) Pemanenan pada kolam Jenis Lain
Kolam jenis lain disini yaitu kolam dengan sistem pembuangan selain sistem sipon dan monik. Biasanya, kolam ini tidak memiliki sistem pembuangan yang baik oleh karenanya, cara pemanenan lobster pada kolam ini sedikit berbeda dengan jenis kolam lainnya. Adapun cara pemanenan pada kolam sebagai berikut ;
a. Sambungkan selang pada mesin pompa dan ujung selang dipasang jaring atau kawat ram
b. Masukan ujung selang kedalam dasar dan hidupkan pompa
c. Ketika air sudah mulai surut, ambil lobster beserta subtractnya dan masukan kedalam ember.
d. Jika embernya penuh, pindahkan lobster tersebut kedalam penampungan
3 Simulasi Usaha Pembesaran
Simulasi pembesaran lobster air tawar dilakukan di kolam tembok adalah sebagai berikut :
a) Luas lahan seluas wadah pembesaran
b) Wadah pembesaran kolam berukuran 2 m x 1 m x 1 m sebanyak 40 kolam
c) Sarana dan prasarana
1) Prasarana
- Pengadaan benih yang ditebar berukuran 2-5 cm
- Perbaikan/pembuatan kolam.
- Pengadaan peralatan :
o Water heater.
o Thermometer.
o Pompa air
2) Sarana
- Pakan lobster selama pemeliharaan berupa cacing atau pakan pelet. Dosis pakan sebanyak 3-5% dari berat biomas dengan frekuensi pemberian 3-4 kali sehari
d) Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk operasional cukup 1 orang
e) Jumlah benih yang ditebar dengan kepadatan 50 ekor/m2 adalah 50 x (2 x 1 x 1) x 40 = 4.000 ekor.
f) Frekuensi pembesaran sebanyak dua kali dalam setahun.
g) Jumlah lobster yang dihasilkan dari ukuran penebaran 2-3 cm:
- Lobster dipanen ukuran 30-40 ekor/kg membutuhkan waktu 2-3 bulan.
- Lonster dipanen ukuran 8-10 ekor/kg membutuhkan waktu pemeliharaan 5-6 bulan dengan tingkat kehidupan 80% adalah 80% x 4.000 : 10 ekor/kg = 320 kg.
h) Siklus periode pembesaran lobster air tawar 5-6 bulan. Tergantung dari ukuran benih ditebar dan ukuran panen.
- Pakan Lobster Air Tawar
Pakan memegang peranan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan lobster. Pemberian pakan jenis, jumlah, dan frekuensi yang tepat diharapkan lobster akan tumbuh dengan cepat dalam kondisi sehat, kuat, dan terbebas dari serangan penyakit. Pakan yang baik adalah pakan dengan kandungan zat-zat gizi yang dibutuhkan lobster, seperti protein, lemak, mineral, dan vitamin.
Protein mutlak dibutuhkan lobster karena fungsinya sebagai pemacu pertumbuhan dan pengganti jaringan yang rusak. Seperti halnya protein, kecukupan lemak dalam tubuh lobster juga diperlukan Karena terkait erat dengan karbohidrat. Keduanya merupakan sumber energi utama.
Kebutuhan mineral seperti mineral kalsium, besi, fosfor, magnesium,dan lain-lain memang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit bila dibandingkan dengan kebutuhan protein, karbohidrat dan lemak. Meskipun sedikit, peranan mineral dalam menjaga kondisi tubuh lobster agar senantiasa prima sangat dibutuhkan. Vitamin bagi lobster dibutuhkan untuk membentuk warna yang cemerlang. Zat-zat gizi dapat diperoleh dari berbagai jenis pakan alami dan pakan buatan.
B. Budidaya di Kolam Terpal
1. Pemberian Pakan
Lobster termasuk pemakan segalanya (omnivora), misalnya plankton, benthos, cacing, peripithon, atau lumut. Namun,dalam kolam budi daya, lobster dapat diberi pakan pelet.
Lobster dapat diberi pakan berupa cincangan wortel, ketela rambat oranye, kecambah, atau cacing rambut. Untuk mempercepat pertumbuhan dan menjaga kesehatannya, ketika masih larva sebaiknya diberi pakan berupa moina, daphnia, atau artemia dan setelah mulai besar pemberian pakan yang paling praktis adalah dengan pakan buatan atau pelet. Pakan buatan selain komposisinya mengandung gizi yang lebih baik (kandungan protein 35-42%), juga lebih praktis dalam pemberian dan penyimpanannya.
Lobster lebih senang bila pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit karena lobster memiliki kebiasaan memakan sedikit demi sedikit, makanan yang telah dimakan biasanya akan dicerna habis selama 2-3 jam. Lobster akan lapar lagi setelah tiga jam tersebut. Dalam sehari frekuensi pemberian pakan sebaiknya 4 kali, yaitu pukul 07.00, 13.00, 17.00, dan 19.00.
Semakin besar tubuh lobster, persentase kebutuhan pakan menjadi lebih sedikit, tetapi frekuensi pemberiannya menjadi lebih banyak. metode pemberian pakan seperti ini dianggap cukup efektif karena sisa pakan yang tidak termakan hanya sedikit.
2. Perawatan
Dalam budi daya lobster, penggantian air merupakan hal yang mutlak dan sering untuk dilakukan. Hal ini karena lobster sensitif terhadap kondisi kualitas air yang kurang baik. Selain untuk membersihkan sisa kotoran pada media budi daya, penggantian air yang sering akan merangsang lobster untuk moulting. Penyiponan sebaiknya dilakukan dua hari sekali. Sedangkan, untuk mempertahankan suhu tubuh lobster akibat penurunan suhu lingkungan yang mendadak, sebaiknya dipasang penghangat (water heater) di kolam budi daya, terutama untuk benih lobster yang masih kecil. Untuk budi daya pembesaran dengan kepadatan yang cukup tinggi sebaiknya ke dalam kolam diberikan aerasi agar lobster lebih mudah untuk memanfaatkan oksigen dari media air. Sedangkan untuk pembenihan gunakan air media yang mengalir pelan, gemericik, dan diberi aerasi sehingga suplai air dibuat sedemikian rupa agar mengalir dengan gemericik. Kondisi ini sangat disukai oleh lobster dan merangsang lobster untuk melakukan pemijahan.
Bila menggunakan air dari sungai atau ingin mengelola air dengan resirkulasi dapat dilakukan penyaringan air dengan treatment bak biofilter. Bak biofilter dibuat dari lapisan yang paling bawah gravel besar, ijuk, arang aktif, pecahan karang, koral kecil, kerikil, gravel dan spon.
Air dari sungai atau dari hasil pembuangan dari budi daya dimasukkan kedalam bak biofilter, untuk disaring hingga bersih. Selanjutnya air saringan baru dialirkan ke kolam pemeliharaan.
Sumber:
Kristiany M.G.E., dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar