Senin, 08 Oktober 2018

Teknologi Pendederan Ikan Patin Pasupati

DESKRIPSI TEKNOLOGI
Tujuan dan Manfaat Penerapan Teknologi
Ikan patin pasupati merupakan ikan hasil persilangan antara betina patin siam (Pangasianodon hypopthalmus) dengan jantan patin jambal (Pangasius jambal) hasil seleksi. Ikan patin ”Pasupati” dirilis sebagai ikan budidaya unggul pada Agustus tahun 2006, salah satu ciri dari ikan ini adalah berdaging putih (KEPMEN Kep.25/MEN/2006).
Tujuan penerapan teknologi pendederan adalah untuk menghasilkan dan menyediakan pasok benih baik kualitas maupun kuantitas dan tahan terhadap perubahan lingkungan budidaya serta untuk mempercepat peningkatan produksi dalam industrialisasi ikan patin
DEFINISI
Pasupati (Patin Super Harapan Pertiwi) merupakan ikan patin daging putih yang disukai konsumen. Ikan pasupati merupakan hybrid patin siam (daging kuning) dan patin jambal (daging putih).
RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS
Benih sebar ikan patin pasupati merupakan hasil persilangan (hybrid) antara Induk Betina Patin Siam dan Induk Jantan Patin Jambal dengan rangkaian penciptaan teknologi sebagai berikut:
1. Pemeliharaan Larva/benih ikan patin Pasupati indoor (Pendederan 1)
Wadah pemeliharaan larva dapat berupa akuarium atau bak-bak fiber yang dilengkapi dengan aerasi untuk menjaga ketersediaan oksigen terlarut. Air yang digunakan dapat berasal dari air tanah atau air sungai yang telah disaring. Penggunaan pemanas (heater) dapat dilakukan untuk mempertahankan kestabilan suhu air pemeliharaan sehingga tidak terjadi fluktuasi suhu yang tinggi. Penggunaan aerasi mutlak diperlukan pada pemeliharaan larva ikan patin sebagai pensuplai oksigen terlarut dalam air. Aerasi dipasang pada setiap akuarium/bak pemeliharaan larva.
Penebaran larva harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan stress dengan cara memperhatikan kondisi air pemeliharaan. Penebaran yang optimal untuk larva patin pasupati adalah 50 ekor/liter. Pakan awal larva Patin berupa naupli artemia yang diberikan setelah larva berumur 30 - 36 jam dan diberikan selama 5 hari. Nauplii Artemia diberikan setiap 2 jam pada hari pertama dan setiap 3 jam pada hari ke dua sampai hari kelima. Pada hari ke lima mulai dilatih makan cacing sutera (Tubifek), Moina atau Daphnia. Pakan cacing sutera (Tubifek), Moina atau Daphnia diberikan selama 5-7 hari. Dengan frekuensi pemberian pakan setiap 3 jam sekali. Saat larva berumur 12 hari, pakan yang diberikan berupa pellet dengan kandungan protein kasar sekitar 38- 40%, ikan pada setiap hari diberi pakan hingga kenyang (ad satiation). Frekuensi pemberian pakan minimal 5 kali per hari. Masa pemeliharaan larva selama 3 -4 minggu sampai ukuran 1 inci.
Penyiponan dilakukan setiap hari untuk membersihkan dasar wadah pemeliharaan. Pergantian air sebanyak 30-50% dilakukan pada hari ke tiga dengan air yang sesuai dengan kebutuhan hidup larva. Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahulu ikan dipuasakan untuk mengosongkan isi perut, sehingga tidak banyak kotoran yang dikeluarkan pada saat pengangkutan. Lamanya pemuasaan disesuaikan dengan lamanya waktu tempuh dalam transportasi. Untuk waktu tempuh 10 jam diperlukan pemuasaan minimal 24 jam. Pengangkutan benih dapat dilakukan dengan 2 cara:
a. Sistem terbuka Menggunakan drum plastik berkapasitas 200 liter. Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut digunakan aerasi. Kapasitas angkut benih ikan patin adalah 100 g/ l air dengan lama waktu tempuh 10 jam, apabila lebih dari 10 jam perlu dilakukan penggantian air. Pengangkutan dengan sistem ini lebih cocok untuk benih ukuran relatif besar ( ≥ 1 inchi).
b. Sistem tertutup
Menggunakan kantong plastik yang diberi tambahan oksigen. Perbandingan oksigen dan air adalah 2 : 1. Kapasitas angkut 50 g/l air untuk waktu tempuh maksimum 10 jam. Pengangkutan dengan sistem ini lebih cocok untuk benih ukuran kecil (maksimum 1 inchi).
Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara menerapkan biosecurity yang ketat dengan menjaga kebersihan wadah pemeliharaan, menjaga stabilitas suhu agar tetap panas antara 28 - o 31oC, pakan terbebas dari parasit dan jamur, dan menjaga kondisi air agar tetap baik yang selalu bersih dari sisa pakan. Target produksi dari kegiatan pendederan 1 sebanyak 120.000 benih ekor per siklus, dimana dalam 1 tahun produksi sebanyak 960.000 ekor ( 8 siklus pemijahan).
Kaji Terap
1. Pendederan l benih patin Pasupati secara indoor Kegiatan kaji terap teknologi pendederan I telah dilakukan secara indoor di Balai Benih Ikan (BBI) Tanjung Putus Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ogan Ilir selama 28 hari. Pemeliharaan larva/benih dilakukan pada wadah akuarium volume 400 liter dan fiberglass bulat volume 750 liter. Setelah 28 hari pemeliharaan benih dipanen dengan rata-rata panjang standar 3,44±0,37 cm, panjang total 4,13±0,48 cm dan bobot 0,72±0,24 gram. Jumlah benih yang dipanen sebanyak 400.000 ekor (tingkat kelangsungan hidup 78,84 %).
2. Pendederan II benih ikan patin Pasupati secara outdoor di kolam Dalam kegiatan pendederan ll ikan patin pasupati, aspek persiapan kolam sebelum penebaran benih ikan merupakan hal yang harus diperhatikan, karena dapat berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh pada saat panen. Persyaratan untuk kolam pendederan ll antara lain berada di kawasan bebas banjir dan bahan pencemar, tanah dasar stabil, sumber air mencukupi, tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun, konstruksi kolam tanah atau tembok dengan pematang yang kuat, luas kolam 200-1.000 m (sesuai kebutuhan), kedalaman air kolam 60 - 100 cm. 2 Persyaratan kualitas air kolam pemeliharaan yang dibutuhkan antara lain oksigen terlarut minimal 3 mg/l, pH berkisar antara 6,5 - 8,5, suhu berkisar antara 25-31 C, ammonia maksimal 0,02 mg/l, o dan nitrit maksimal 0,01 mg/l.
Persiapan kolam dilakukan sebelum penebaran benih, diawali dengan pengeringan, pembersihan predator dan kompetitor dengan Saponin (20-40 ppm). Pengolahan kolam dan pengapuran (50100 g/m ), penebaran pupuk berupa kotoran ayam kering (250-500 g/m ) atau berupa kompos 2 2 (50-100 g/m ), urea (6 g/m ), TSP (3 g/m ) dengan cara ditebarkan di kolam. Pengisian air kolam 2 2 2 minimal kedalaman 80 cm.
Penebaran benih dilakukan pada hari ke-7 setelah pemupukan yang mana kelimpahan plankton sudah relatif tinggi. Benih ditebar pada pagi atau sore hari dengan padat tebar 100 ekor/m2 . Sebelum benih ditebar dilakukan aklimatisasi dengan mencampur air sedikit demi sedikit, sampai suhu air pada wadah packing dengan wadah pemeliharaan relatif sama. Atau benih ikan dalam kantung plastik pengangkutan dibiarkan mengapung diatas air selama 5-10 menit, kemudian mencampur air sedikit demi sedikit. Benih yang akan ditebar dibiarkan keluar sendiri dari kantong plastik wadah pengangkutan .
Pakan yang diberikan berupa pakan buatan jenis tenggelam, terapung maupun kombinasi keduanya. Ukuran pakan yang diberikan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan. Misalnya; untuk pakan tenggelam berbentuk crumbel ukuran ± 1mm. Kadar protein kasar pakan yang diberikan mulai dari 32% - 40%, dengan teknik pemberian pakan sebagai berikut:
 10 hari pertama pemberian pakan dengan kadar protein kasar 40%, jumlah pakan yang diberikan 15% per biomas ikan per hari.
 10 hari kedua pemberian pakan dengan kadar protein kasar 35-38% jumlah pakan yang diberikan 12,5% per biomas ikan per hari
 10 hari selanjutnya sampai dengan ukuran ikan siap ditebar untuk dibesarkan dengan kadar protein kasar 32%, jumlah pakan yang diberikan 10% per biomas ikan per hari. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari (pagi, siang dan sore hari)
Pada kegiatan pendederan ll, pemanenan dilakukan secara bertahap. Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahulu ikan dipuasakan untuk mengosongkan isi perut. Pemanenan dilakukan dengan cara menjaring sebagian benih dengan menggunakan jaring ered. Setelah dipanen, benih dipisahkan berdasarkan ukuran menggunakan grader. Benih yang memiliki ukuran benih tebar (4 – 5 inchi) dipisahkan dan siap sebagai benih tebar untuk dibesarkan.
Segala hal yang menyangkut kegiatan dari mulai persiapan hingga distribusi hasil panen harus selalu dilakukan dengan tertib. Hal-hal yang perlu dicatat misalnya; waktu penebaran, bobot benih yang ditebar, jumlah penebaran, jumlah pakan, waktu panen, jumlah hasil panen, harga benih, harga pakan dan harga produk akhir. Informasi ini berguna untuk pedomam perbaikan usaha budidaya berikutnya.
Target produksi dari kegiatan pendederan ll sebanyak 90.000 benih ekor per siklus, dimana dalam 1 tahun produksi sebanyak 540.000 ekor ( 6 siklus pemijahan).
Tabel 1. Keragaan pertumbuhan benih patin pasupati yang dipelihara selama 40 hari hasil pendederan II Kegiatan kaji terap teknologi pendederan II dilakukan secara outdoor di BBI Tanjung Putus Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ogan Ilir
KEUNGGULAN TEKNOLOGI
Ikan patin pasupati merupakan komoditas perikanan budidaya yang memiliki potensi pasar ekspor yang dapat menjadi tulang punggung pengembangan ekonomi kerakyatan. Teknologi pendederan I secara indoor merupakan teknologi pendederan yang paling efektif karena kapasitas produksi dapat dilakukan secara maksimal, pengawasan dan pemeliharaan dapat dilakukan secara lebih intens, dan proses pemanenan lebih mudah. Teknologi pendederan II secara outdoor memiliki keunggulan antara lain perawatan benih lebih mudah, biaya produksi lebih murah, penggunaan air lebih efisien, penggunaan pakan buatan dapat dikurangi, konversi pakan cenderung lebih rendah dan pertumbuhan benih dapat lebih cepat
LOKASI PENELITIAN DAN WILAYAH REKOMENDASI
Wilayah pengembangan usaha dalam rangka penerapan teknologi pendederan ikan patin pasupati adalah lokasi yang memiliki kriteria sebagai berikut:
 Parameter kualitas air yang optimal untuk pemeliharaan antara lain: suhu 28 -30 C, o kandungan oksigen terlarut >5 ppm, pH 6,5 – 8,5, amoniak (NH3) <0,2 mg/l dan nitrit (NO2) <0,01mg/l.
 Lokasi kegiatan pendederan relatif tidak jauh dengan kawasan kegiatan pembesaran. Wilayah pengembangan /penerapan teknologi yang diusulkan antara lain : Sumatera Selatan (Palembang, Ogan Ilir, Banyu Asin), Jawa Timur (Tulung Agung), Kalimantan Selatan (Banjar Baru). 
KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF
Ikan patin Pasupati ukuran benih tebar (4 – 5 inchi) mengeluarkan lendir relatif lebih banyak pada saat pemanenan yang berakibat mudah stres sehingga diperlukan penanganan yang sangat hati – hati dan tetap dalam kondisi basah.
KELAYAKAN FINANSIAL
Dengan tingkat komponen dalam negeri mencapai 90% (ekonomis), berikut dilampirkan analisa usaha yang terkait kegiatan produksi benih ikan patin pasupati:
Analisa Usaha Pemeliharaan Larva/benih ikan patin Pasupati secara indoor
Analisa Usaha Pendederan II benih ikan patin Pasupati secara outdoor di kolam
Pemeliharaan Larva/benih ikan patin Pasupati secara indoor
Fasilitas pemeliharaan benih dalam bentuk bak fiber bulat dan akuarium
Pendederan II benih ikan patin Pasupati secara outdoor di kolam
Kolam pemeliharaan pendederan II - Benih ukuran ¾ - 1 inci
Gambar Kegiatan panen dan penghitungan
Gambar Benih siap tebar ukuran 4 – 5 inchi
Sumber:
Utami R., 2013. Teknologi Pendederan Ikan Patin Pasupati. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar