Rabu, 28 Maret 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA IKAN MAS



Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, ikan mas ini mempunyai badan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di China. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara pada tahun 1920 yang merupakan ikan yang dibawa dari China, Eropa, Taiwan dan Jepang. Sedang ikanmas yang hasil seleksi di Indonesia adalah ika mas punten dan majalaya.
Budidaya ikan mas ini telah berkembang pesat dikolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, bahkan dipelihara di karamba di perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta.



DESKRIFSI IKAN MAS


Klasifikasi
Dalam ilmu taksonomi hewan, ikan mas mempunyai klarifikasi sebagai berikut:
Kelas               : Osteichthyes
Anak bangsa   : Actinopterygii
Bangsa            : Cypriniformes
Suku                : Cyprinidae
Marga              : Cyprinus
Jenis                : Cyprinus carpio L

Morfologi Ikan Mas
Saat ini ikan mas mempunyai banyak strain dan jenis perbedaan cirri dan ras ini di akibatkan adanya interaksi antara genotif dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya
Adapun morfologi dari ikan mas dari beberapa strain adalah sebagai berikut :
Ikan mas punten : sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek;  bagian punggung tinggi melebar;  mata agak menonjol; gerakan lincah; perbandingan antara tinggi badan dengan panjang badan antara 2,3:1.
Ikan mas sinyonya : sisik berwarna kuning muda ; badan relatif panjang matra pada ikan muda tidak terlalu sipit sedangkan ikan dewasa bermata sipit ; gerakannya lamban ; lebih suka di permukaan air ; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6 :1.
Ikan mas majalaya : sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap ; punggung tinggi ; badan relatif pendek ; gerakan lamban apabila diberi pakan akan muncul kepermukaan air ; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2 :1.
Ikan mas taiwan : sisik berwarna hijau kekuning-kuningan ;badan relatif panjang ; penampang punggung mambulat ; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan 3,6 :1.

Habitat dan kebiasaan hidup
Adapun habitat dan kebiasaan hidup ikan mas adalah sebagai berikut :
Tanah untuk pemeliharaan adalah tanah liat berlempung, tidak porous.
Kemiringan tanah berkisar 3-5% memudahkan pengairan kolam secara garvitasi.
Hidup pada ketinggian 150-1000 m dpl.
PH yang baik adalah antara 7-8
Suhu air berkisar 20 25 °C.
Akualitas air harus bersih tidak keruh dan tidak tercemar.


PROSES BUDIDAYA IKAN MAS



Persiapan Sarana Pemijahan
Hal yang harus diperhatikan dalam pemijahan ikan masadalah sebagai berikut:
Kolam pemijahan tidak berlumpur dan bercadas
Induk ikan harus matang gonad
Media penyimpan telur (kakaban) harus bersih
Pemberian pakan
Pemilihan Induk
Induk yang baik dan yang sudah matang kelamin sebaiknya :
Berumur 1,5 – 3 tahun.
Badan sehat tidak cacat dan berenang normal.
Bentuk kepala relatif lebih kecil dari badannya.
Gerakan harus tangkas dan gesit, terutama induk jantan
Proses Pemijahan
Untuk keberhasilan pemeliharaan ikan mas harus dipenuhi beberapa syarat yang penting yang sesuai dengan kebiasaan berkembangbiaknya. Ikan mas biasanya menghendaki air yan baru untuk merangsang pemijahannya. Oleh karenanya dalam pemijahan ikan mas sirkulasi air harus lancar.
Selain itu sifat telur ikan mas yang menempel, harus selalu disediakan alat berupa kakaban sebagai tempat untuk tempat menempel telur. Setelah kolam pemijahan siap, kemudian tebarkan induk yang telah diseleksi dimasukkan kedalam kolam pemijahan dengan perbandingan jantan dan betina biasanya menggunakan berat badan 1 : 1, jika induk betina beratnya 3 kg, maka jantannya juga memiliki berat yang sama. Dan apabila semua persiapan lancar, maka proses pemijahan akan berlangsung sekitar jam 24.00. Hal ini akan ditandai dengan aktifitas ikan jantan mengejar – ngejar induk betina. Dan pada pagi hari telur – telur akan terlihatan menempel dikakaban dan warna telur kuning cerah.

Penetasan Telur
Setelah induk dikeluarkan, maka kondisi air harus dijaga dengan cara air terus alirkan dan jangan sampai berhenti, karena telur – telur membutuhkan air yang kaya oksigen dan suhunya stabil. Kurang lebih 2 hari kemudian telur akan menetas. Penetasan ini biasanya tidak berlangsung sekaligus melainkan secara bertahap sesuai dengan pengeluaran telurnya. Larva yang baru menetas belum membutuhkan makan tambahan dari luar karena masih menyimpan makanan dalam tubuhnya berupa kuning telur (yolk egg).

Pendederan
Setelah benih berumur 5 – 7 hari sejak telur menetas, segara dipindahkan ke kolam pendederan. Pemindahan benih ini gampang – gampang susah, karena harus dilakukan dengan hati – hati. Pemindahan ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu air masih rendah yaitu pagi hari atau sore hari. Pemasukan benih ke dalam kolam jangan dilakukan dengan tergesa – gesa, tetapi sebaiknya dilakukan penyusuai suhu terlebih dahulu agar benih tidak mengalami stress akibat perubahan suhu. Tinggi air di kolam pendederan sebaiknya tidak lebih dari 40 cm karena benih yang masih lemah tidak tahan jika terlalu banyak.

Pembesaran
Benih hasil pendederan ( ukuran 5 –8 cm ) baru bisa dinikmati sebagai ikan konsumsi setelah berumur 4 – 6 bulan yang dipelihara di kolam pembesaran. Sebelum benih dipindahkan ke kolam pembesaran sebaiknya kolam dipersiapkan terlebih dahulu.



IV.HAMA  PENYAKIT DAN PENCEGAHANNYA


Dalam usaha pemeliharaan ikan, hama dan penyakit merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan kerugian dan kematian bagi ikan yang dipelihara. Umumnya penyakit ikan timbul karena kondisi lingkungan kolam yang buruk. Keadaan ini dapat terjadi karena persiapan dan perawatan kolam yang kurang baik. Selain itu tingginya kadar bahan organik dan anorganik serta banyaknya sisa pakan yang yang tidak habis dimakan oleh ikan sehingga mengakibatkan pembusukan didasar kolam.
Adapun penyakit ikan mas yang sering menyerang pada umumnya gejala dan cara pengobatannya adalah sebagai berikut :
white spot (bintik putih)
gejala : pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) terdapat bintik-bintik putih, pada infeksi berat terdapat lapisan putih yang jelas, megosok-gosokan badannya pada benda yang ada disekitarnya.
pengobatan kimia : direndam dalam larutan methylene blue 1% (1 gram/100 cc air) larutan ini diambil 2-4 cc kedalam 4 liter air selama 24 jam dan direndam dalam garam dapur NaCl selama 10 menit dengan dosis 1-3 gram/100 cc air.
pengobatan alami : direndam dalam ekstrak sambiloto atau ektrak pare.
bengkak insang dan badan (myxosporesis)
gejala : bagian punggung terjadi pendarahan tutup insang terbuka dan terdapat titik merah.
pengobatan kimia : pengeringan total lalu tabur kapur tohor 200 gram/m², biarkan selama 1-2 minggu.
pengobatan alami : dilakukan perendaman dalam ekstrak daun sirih
cacing insang, sirip dan badan (dactypogyrus dan girodactylogyrus)
gejala : ikan tampak kurus, warna kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan sering mengosok-gosokan badannya ke benda-benda yang keras.
pengobatan kimia : direndam dalam larutan formalin dengan dosis 250 gram/m³ selama 15 menit, dan direndam dalam larutan methylene blue 3 gram/m³ selama 24 jam.
pengobatan alami : rendam selama 1 minggu dalam larutan daun miana dengan dosis 50 lembar/100 liter air.
4.  argulasis (kutu air)
gejala : benih dan induk menjadi kurus karena dihisap darahnya, pada kulit insang terdapat bercak merah.
pengobatan kimia : direndam dalam garam dapur dengan dosis 20 gram/ liter air selama 15 menit dan direndamdalam larutan PK 10 ppm (10 ml/m³) selama 30 menit.
pengobatan alami : direndam dalam larutan ekstrak kunyit selama 1 minggu dengan dosis 1 gram/L air
5.jamur (saprolegniasis)
gejala : menyerang kepala, tutup insang, sirip dan lain sebagainya, tubuh ikan seperti kapas, telur ikan mas seperti berbenang halus seperti kapas.
pengobatan kimia : direndam dalam cairan malactile gren oxalat (MGO) dosis 3 gram/m³ selama 30 menit apabila telur yang tersaerang direndam dalam larutan MGO 2-3 gram/m³ selama 1 jam.
pengobatan alami : rendam dalam larutan ekstrak kunyit

gatal (trichodina)
gejala : suka menggosok-goskan badan pada sisi kolam, bak atau aquarium. Gerakan lamban
pengobatan kimia : rendam selama 15 menit dalam larutan formalin 150-200 ppm
pengobatan alami : ektrak kunyit dengan dosis 2-4 gram/50 liter air selama 1 minggu
7. bakteri psedomonas flurescens
gejala :  pendarahan dan bobok pada kulit, sirirp ekor terkikis
pengobatan kimia : pemberian pakan yang dcampur oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulafa merazine 200 mg/kg ikan selama 7 haru berturut-turut.
pengobatan alami : rendam dalam ekstrak daun miana 10 lembar/100 liter airselama 1 minggu
bakteri aeromonas punctata
gejala : warna  badan suram, tidak cerah, kulit kesat dan melepuh, cara bernapas megap-megap, kantong empedu gembung, pendarahan dalam organ hati dan ginjal
pengobatan kimia :penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100 mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
pengobatan alami : pakan dicampur dengan parut kunyit dengan dosis 4-5 gram/kg pakan berikan selama 7 hari berturut-turut.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto,E dan Evi Liviawati” Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan”. Kanasius. Yogyakarta 2000.
Daelami, Deden A.S ” Agar Ikan Sehat”. Penebar Swadaya. Jakarta 2001.
Lingga, P dan Heru Susanto” Ikan Hias Air Tawar”. Penebar Swadaya. Jakarta 1989.
Wijayakusuma, Hembing. H.M, Setiawan Dalimarta dan A.S. Wrian” Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia”. Pustaka Kartini. Jakarta.
www.kkp.go.id. ” Penyakit Ikan”. 2005.
www.iptek.net.id.” Budidaya ikan mas” 2005.
Argasasmita G.M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Mas Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.


Rabu, 21 Maret 2018

PENANGANAN HAMA PENYAKIT PADA BUDIDAYA IKAN KOI



Ikan koi sebenarnya bukan jenis ikan baru di Indonesia. hanya saja waktu itu koi kalah populer bila dibandingkan dengan mas koki. Keduanya masih merupakan kerabat karena termasuk dalam famili Cyprinidae. Koi (Cyprinus carpio) berkumis sedangkan mas koki asli bentuknya mirip koi hanya saja tanpa kumis, yaitu Carassius auratus.
Namun dengan perkembangan zaman sekarang ini ikan Koi berkembang dengan pesat, karena sebagian besar petani ikan dan juga para hobiis yang ada di Indonesia sudah benyak yang membudidayakan. Hal ini dikarenakan budidaya ikan Koi mudah dilakukan dan mempunyai harga jual yang tinggi.
Meski sekarang koi sudah populer, tapi tidak semua hobiis paham akan ikan cantik ini sebab tidak jarang mereka terkecoh dengan ikan mas lauk yang berwarna. Memang repot, karena antara ikan mas lauk dengan ikan Koi kedua-duanya dari spesies Cyprinus carpio. Dan mungkin tidak bisa terlalu disalahkan benar apabila para hobiis (terutama pemula) menganggap bahwa koi adalah ikan mas lauk yang berwarna.

DESKRIPSI IKAN KOI
Klasifikasi
Ikan Koi (Cyprinus carpio) masih tergolong satu species dengan ikan mas konsumsi, karena memiliki sistematika yang sama yaitu :
Ordo            : Ostariophysi
Sub Ordo      : Cyprinoidae
Famili           : Cyprinidae
Sub Famili     : Cyprinidae
Genus           : Cyprinus
Spesies                   : Cyprinus carpio

Morfologi
Badan koi berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, subuah sirip anus, dan sebuah sirip ekor.
Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak. Sirip perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah. Sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak.
Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor terdapat gurat sisi (linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang berada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar.

Fisiologi
Koi merupakan hewan yang hidup di daerah yang beriklim sedang dan hidup pada perairan tawar. Mereka dapat hidup pada temperatur 8o C sampai 30o C. Oleh karenanya koi dapat dipelihara di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari pantai hingga daerah pegunungan. Koi tidak tahan mengalami goncangan suhu drastis. Penurunan suhu hingga 5o C dalam tempo singkat sudah bisa membuat ikan ini kelabakan. Jika tubuhnya diselimuti lapisan putih hingga 7o C, biasanya koi akan beristirahat di dasar kolam, statis. Kadang-kadang koi dapat bertahan hidup pada suhu 2o – 3o C, tapi kebekuan air umumnya akan menyebabkan kematian, kecuali dalam kolam dipasang alat sirkulasi untuk mencegah terjadinya kebekuan. Koi asli merupakan ikan air tawar, tapi masih bertahan hidup pada air yang agak asin sekitar 10 permil (10o/oo) kandungan garam dalam air masih bisa untuk hidup koi.

PROSES BUDIDAYA IKAN KOI
Pemilihan Induk
Ciri-ciri induk yang baik dan layak untuk dipijahkan adalah sebagai berikut :
Induk matang kelamin.
Tidak cacat (sehat, berenang normal).
Umur minimal 2 tahun pada jantan dan 3 tahun pada betina.
Sisik tersusun rapi.
Kepala relatif lebih kecil dari badan.
Gerakan harus tangkas dan gesit, lincah terutama pada induk jantan.

Pemijahan
Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan sekitar pukul 1600 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dan diikuti induk jantan di belakangnya. Makin lama gerakan mereka makin seru. Induk jantan menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya induk betina akan mengeluarkan telurnya dengan sekali meloncat ke udara. Aktivitas betina ini segera diikuti oleh induk jantan dengan mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur yang terkena sperma akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Juga ada sebagian telur yang jatuh ke dasar kolam. Proses perkawinan selesai pada pagi hari, dan induk segera dipisah dengan telurnya karena jika terlambat telur bisa dimakan habis oleh induknya.

Penetasan Telur
Agar menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dan suhu air tetap konstan. Jika suhu air terlalu dingin, penetasan akan berlangsung lama, sedangkan jika suhu air terlalu tinggi, telur bisa mati dan membusuk.
Agar telur dapat terendam semua, rangkaian kakaban harus “ditenggelamkan” ke dalam kolam. Untuk itu bisa memakai jasa gedebog pisang. Potong 3 buah gedebog pisang sepanjang 40 cm, lalu diletakkan di atas kakaban dengan ruas bambu sebagai alasnya. Agar bisa stabil, gedebog pisang diratakan salah satu sisinya.
Dalam tempo 2 – 3 hari telur sudah mulai menetas. Setelah menetas kakban diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Benih koi yang berumur 1 minggu masih sangat lembut. Umumnya orang menetaskan telur koi dalam happa yaitu kantong yang bermata lembut yang bisa untuk menampung benih. Di happa, benih koi lebih mudah dikumpulkan dan tidak hanyut dibawa oleh aliran air. Koi yang baru menetas masih membawa kuning telur sebagai persediaan pakannya yang pertama.

Pendederan
Setelah benih berumur 5-7 hari sejak telur menetas segera di pindahkan kekolam pendederan. Pemindahan ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu rendah yaitu pada waktu pagi atau sore hari. Dalam pemindahan benih dikolam sebaiknya dilakukan penyesuaian suhu terlebih dahulu, agar benih tidak mengalami stress akibat perubahan suhu yang mendadak.
Kegiatan pendederan ini umumnya berlangsug 30 hari (1 bulan). Sedangkan untuk pakan yang diberikan biasnya hanya mengandalkan pada pakan alami. Untuk menutupi danpak terjadinya danpak kekurangan pakan alami, biasanya dapat di gantikan dengan pakan buatan yaitu kuning telur yang di rebus, tepung udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan pakan tepung khusus koi.


PENYAKIT DAN GEJALA PENYERANGANNYA

Dalam usaha pemeliharaan ikan, penyakit merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan kerugian dan kematian pada ikan yang dipelihara. Umumnya penyakit ikan koi timbul karena kondisi lingkungan yang buruk. Keadaan ini dapat terjadi karena persiapan dan perawatan kolam yang kurang baik. Selain itu tingginya kadar bahan organik dan anorganik serta banyaknya sisa pakan yang tidak habis dimakan oleh ikan dapat mengakibatkan pembusukan di dasar kolam. Kondisi ini dapat menimbulkan bakteri, jamur, dan parasit. Biasanya jenis penyakit seperti ini dapat menyerang pada bagian luar tubuh ikan maupun pada bagian dalam tubuh ikan.



JENIS PENYAKIT DAN PENGOBATANNYA


Adapun jenis penyakit yang menyerang ikan Koi dan cara pengobatannya yaitu :
White Spot
Penyakit White Spot ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada permukaan tubuh ikan. Mula-mula bintik muncul di permukaan badan lalu meluas ke bagian tubuh lain, misalnya ke insang.
Koi yang terkena penyakit bintik putih dapat diobati dengan menaikkan suhu air kolam sampai berapa derajat dari suhu awal. Untuk pengobatan kimia, air kolam bisa ditambahkan dengan 0,5 gram Metheline Blue (MB)/1 ton air. Sedangkan untuk pengobatan secara alami dapat menggunakan ekstrak dari daun sirih atau kunyit. Koi yang terserang penyakit ini direndam ke dalam larutan ekstrak daun sirih atau kunyit yang telah dicampur dengan air bersih selama kurang lebih 1 jam.

Parasit Lernea
Parasit lernea lebih populer disebut “cacing jangkar”. Parasit ini dapat dilihat dengan mata telanjang, biasanya ditemukan menempel pada bagian luar tubuh ikan atau pada insang.
Untuk pengobatan secara kimianya sebaiknya koi yang terserang parasit diobati dengan larutan Formalin atau Dephterex dengan dosis 25 ppm melalui perendaman selama 10 menit yang dilakukan 2 – 3 kali setiap 2 hari sekali. Sedangkan untuk pengobatan secara alami dapat menggunakan Daun Sirih atau Kunyit dengan cara ikan yang sakit direndam dalam larutan ini yang telah dicampur dengan air bersih.

NO
JENIS PENYAKIT
PENGOBATAN
KIMIA
ALAMI
1.












2.
White spot












Parasit lernea
Air kolam di tambahkan 0,5 g Metheline Blue (MB) / 1 ton air.










Perendaman dengan larutan Formalin atau Dephterex dengan dosis 25 ppm selama 10 menit yang di lakukan 2-3 kali dalam 2 hari,
Menggunakan ekstrak daun sirih atau kunyit, dengan cara daun sirih dan kunyit di campur dengan air bersih, dan koi yang terserang penykit di rendam dalam larutan tersebut selama 1 jam. 
Menggunakan daun sirih atau kunyit yang telah di campur dengan air bersih



DAFTAR PUSTAKA


Dinas Perikanan DKI Jakarta, “Pengangkutan Ikan Hidup” (Jakarta: 1987).
Pelealu N. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Koi Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Susanto Heru, “Ikan Koi”. Penebar Swadaya. Jakarta : 2002.
Widjanarko, B. “Ikan Koi ’Tukang Tes’ Limbah Industri”. Suara Karya : 1989.



Rabu, 14 Maret 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA IKAN GURAME



Gurame merupakan salah satu komoditas perikanan tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak dibudidayakan oleh para pembudidaya. Keunggulan ikan gurame dikalngan para pembudidaya gurame adalah ikan ini dapat berbiak secra alami, mudah dipelihara karena bersifat pemakan segalanya, dan dapat hidup di air tergenang.
Permintaan ikan gurame dari tahun ke tahunnya terus meningkkat baik dalam bentuk benih maupun dalam bentuk ukuran konsumsi. Sebagai contoh kecil, pada tahun 2001 kebutuhan benih gurame umur 12 hari di Tasikmalaya mencapai 500.000 – 1.000.000 ekor/bulan (Khairuman, 2003).
Dengan melihat data di atas, maka untuk meningkatkan produksi ikan gurame agar dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat, maka yang harus diperhatikan salah satunya adalah mengenai kesehatan ikan, karena salah satu penghambat dalam proses peningkatan produksi adalah hama dan penyakit, bahkan ada pendapat bahwa apabila ikan sehat maka produksi akan meningkat.



DESKRIPSI IKAN GURAME
Klasifikasi
Dalam daftar klasifikasi, Gurame termasuk dalam bansa Labirinthici dan suku Anabantidae. Klasifikasi Gurame secra lengkap adalah sebagai berikut :
Filum     : Chordata
Subfilum       : Vertebrata
Kelas     : Pisces
Ordo            : Labyrinthici
Famili    : Anabantidae
Genus   : Osphronemus
Spesies  : Osphronemus gouramy, Lac

Morfologi
Gurame mempunyai bentuk badan agak panjang, pipih, dan tertutup sisik yang berukuran  besar, terlihat kasar, serta kuat. Punggungnya tinggi dan mempunyai sirip perut dengan jari-jari yag sudah berubah menjadi alat peraba.
Bagian kepala Gurame ujda berbentuk lancip, dan akan menjadi tumpul bila sudah besar.Ikan Gurame memiliki mulut yang kecil, dengan bibir bawah menonjol sedikt dibandingkan bibir atas dan dapat disembulkan.
Badan Gurame pada umumnya berwarna biru kehitaman dan bagian perut berwarna putih. Jari-jari pertama sirip erut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Ujung sirip punggung dan sirip dubur dapat mencapai pangkal ekor. Sirip ekor berbentuk busur, pada dasar sirip dada pada Gurame betina terdapat tanda berupa sebuah lingkaran hitam. 

Penyebaran
Ikan gurame merupakan ikan asli perairan Indonesia. Meskipun demikian, ada juga literature yang menyebutkan bahawa Gurame merup[akn ikan asli perairan Asia Tenggara. Hal ini dengan ditemukannya ikan ini selain di Indonesia, yakni di perairan Thailand dan Malayasia.
Dari literature disebutkan bahwa tahun 1808 ikan ini sudah ditulis orang. Dalam  itu, ikan Gurame berasal dari kepulauan sunda besar, selanjutnya disebarkan ke pulau lainnya, yakni ke Tornado di sulawesi utara, ke Madurdan ke Filipina yaitu sekitar tahun 1916 bahkan gurame juga telah menyebar ke arah utara seperti sri Langka, India, dan Cina.
Di Indonesia, ikan Gurame banyak ditemukan di pulau sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Di alamnya, ikan Gurame merujpakan penghuni asli perairan yang tenang, seperti rawa, danau, situ, atau perairan tergenang lainnya.

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN GURAME
Pemilihan Induk
Untuk menghasilkan benih yang berkualitas, induk Gurame harus berasal dari populasi Gurame yang sehat, tidak cacat, bergerak aktif atau lincah. Untuk membedakan induk Gurame jantan dan betina, dapat dikenali dari cirri-ciri fisik seperti berikut ini :
CIRI-CIRI FISIK
JANTAN
BETINA
Ukuran tubuh
Dahi
Dagu
Tutup insang
Dasar sirip dada
Bentuk perut
Ujung sirip ekor
Besar
Menonjol
Maju
Kekuningan
Agak terang
Kempis
Rata
Kecil
Rata
Normal (Rata)
Putih cokelat
Lebih gelap
Berisi
Membulat

Sebelum digunakn, kolam pemijahan sebaiknya sebaiknya dipersiapkan terlebih dulu sebaik mungkin. Persiapankolam meliputi :
Pengeringan Kolam
Pengeringan kolam pemijahan dilakukan selama 2-3 hari. Tujuan dari pengeringan kolam adalah untuk membunuh hama dan sumber penyakit serta menghilangkan nitrit yang berada di dasar kolam serta untuk memberikan suasana baru yaitu tanah yang sudah dikeringkan akan menimbulkan bau khas pada saat diisi air yang akan merangsang Gurame untuk memijah. Setelah kolam dikeringkan, kolam tersebut siap diisi air denga kualitasyang baik yaitu tidak berwarna, jernih, tidak berwarna dan terbebas dari hama dan bibit penyakit.
Pemasanngan Sarang
Kolampemijahan yang telah terisi air, kemudian dibiarkan minimum 4 hari. Selama itu, dilakukan pemasangan kerangka sarang yang berupa sosog sebagai tempat untuk meletakan bahan pembentuk sarang. Kerangka sarang diletakan di tengah dan di pingir-pinggir kolam. Sedangkan bahan pembentuk sarang yang berupa ijuk diletakan di kolam sebelum induk dimasukan ke kolam.

Bahang sarang diletakan di tengah atau di pinggir-pinggir kolam. Semakin banyak bahan pembentuk sarang maka akan semakin baik.
Penebaran Induk
Induk Gurame yang telah matang gonad dan siap untuk memijah dapat segera dipindahkan ke kolam pemijahan. Pemindahan induk harus dilakukan secar hati-hatiagar induk tidak stress.
Penebaran induk sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Perbandingan antara induk jantan dan betina yang akan dipijahkan yaitu 1:3 (satu jantan dan tiga betina.

Pemijahan
Seminggu setelah dilepaskan ke kolam pemijahan, induk jantan sudah selesai menyiapkan satu sarang. Setelah itu induk jantan akan mondar-mandir yang bertujuan untuk menarik perhatian induk betina.
Proses pemijahan ini terjadi di depan mulut sarang dan umumnya terjadi sekitar dua hari setelah sarang dibuat. Sementara itu, proses pembuahan akan berlangsung di dalam sarang. Selam proses pemijahan ini tercium bau amis diserati munculnya bintik-bintik dipermukaan air sekitar sarang. Hal ini menunjukan bahwa proses pemijahan telah berhasil.

Penetasan Telur
Setelah proses pemijahan berlangsung telur ikan gurame akan menetas sekitar 30-36 jam. Penetasn telur ikan gurame bisa dilakukan di akuarium atau bak, di kolam pemijahan, pemijahan di sawah dan lain-lain.

Pemeliharaan Benih
Benih Gurame dapat dielihara di aquarium, bak kayu yang dilapisi plastic, bak tembok atau ditebar langsung ke kolam pendederan. Pemeliharaan benih pada wadah terkomtrol harus dilengkapi dengan aerasi untuk suplai oksigen dan terhindar kontak langsung dengan hujan.
Pakan awal berupa cacing rambut, Daphnia sp, Moina sp, atau sumber protein lainnya. Bahan-bahan nabati dapat mulai diberikan setelah larva berumur 36-40 hari. Sedangkan pakan buatan (pelet) dapat diberikan dengan menyesuaikan bukaan mulutnya.
Lama pemeliharaan dan benih yang dihasilkan antara lain : benih berumur 40 hari dapat mencapai ukuran 1-2 cm (setara ukuran kuku). Benih berumur 80 hari dapat mencapai ukuran 2-4 cm (setara ukuran jempol). Benih berumur 120 hari dapat mencapai ukuran 4-6 cm (setar ukuran silet). Dan benih berumur 16 hari dapt mencapi ukuran 6-8 cm (setar ukuran korek api di masyarakat).   

PENYAKIT IKAN GURAME


Masalah hama dan penyakit pada budidaya ikan Gurame merupakn kendala yang serius, karena dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi  yang nantinya akan mengakibatkan produksi ikan Gurame akan menurun, terutama pada fase benih.
Berikut ini adalah penyakit yang sering menyerang ikan Gurame :
White Spot
Penyakit ini sering disebut juga penyakit ich. Penyakit ini disebabkan oleh Ichtyopthirius multifiliis. Parasit ini menyerang ikan pada bagian sirip punggung dan sisiknya.
Ikan yang terserang oleh parasit ini terlihat seperti bintik-bintik putih pada bagian-bagian sirip atau sisik.
Parasit ini sering menyerang pada saat ikan mengalami stres dan pada saat daya tahan tubuhnya menurun. Terutama pada saat suhu air rendah, parasit ini menyerang secara sporadis.
Dactylogyrus dan Gyrodactylus
Parasit Dactylogyrus dan Gyrodactylus termasuk keluarga cacing (Monogenea ). Kedua jenis cacing ini berbentuk bulat memanjang dan pada ujung tubuhnya terdapat alat penempel dan mulut penghisap. Dactylogyrus menyerang insang sedangkan Gyrodactylus menyerang tubuh dan sirip
Gejala klinis ikan gurame yang terserang penyakit ini adalah ikan menjadi lemah, kurang napsu makan, dan mengap-mengap seperti kekurangan oksigen.
Aeromonas hydrophila
Bakteri Aeromonas hydrophila ini bersifat pathogen yang dapat menyebabkan penyakit sistematik serta dapat mengakibatkan kematian iakan secara masal. Bakteri ini berbentuk batang pendek berukuran 2-3 mikron dan bersifat gram neganif. Bakteri ini menginfeksi luka dan menyebabkan 80-100 % setelah satu minggu ikan gurame terinfeksi. Selain pada luka, bakteri ini dapat ditemukan juga di hati dan ginjal ikan gurame.
Ikan gurame yang terserang penyakit ini akan memperlihatkan tanda-tanda seperti terdapat luka infeksi pada bagian tubuh ikan, sisik terkuak, perut busung, lemah, dan sering berada dipermukaan air dan dasar kolam.

Argulus sp.
Argulus sp atau yang lebih dikenal dengan kutu ikan air ini termasuk keluarga udang renik dengan badang yang berbentuk bulat pipih. Kutu air ini menyerang kulit dan insang ikan lalu mengisap darahnya. Telur argulus ditempelkan pada benda-benda dan tanaman dalam air. Setelah menetas, kutu air ini akan berenang mencari mangsa atau inang yang baru.  
Gejala ikan yang terserang penyakit ini adalah pada kulitdan insang ikan tanpak adanya kutu yang menempel kuat dan terjadinya pendarahan pada bekas gigitan. 

Tricodina sp
Parasit ini termasuk protozoa yang bertbentuk bult dan memiliki bulu getar. Gejala klinis ikan yang terserang parasit ini adalah ikan terlihat lemah, warn tubuh pucat dan sering menggosokan tubuhnya pada substrat, dinding, atau dasar kolam.

Saprolegnia
Saprolegnia merupakan jamur yang tumbuh di tubuh ikan. jamur-jamur ini tumbuh, sebagian besar karena adanya luka yang terdapat pada ikan dan luka terrsebut tidak ditanggulangi sehingga tumbuhlah jamur-jamur saprolegnia ini.
          Berikut ini adalah tabel beberapa penyakit yang sering menyerang ikan gurame dan cara pengendaliannya :
NO
PENYAKIT
GEJALA-GEJALA
PENGANGGULANGAN
KIMIAWI
TREATMEN ALAMI
1.
Ichtyopthirius multifiliis
Penyakit White Spot
Banyak mengeluarkan lendir
Terlihat bintik putih pada sirip/ kulit/ insang
Sering terdapat pada permukaan air


Perendaman
dalam NaCl 25 % 10-15 menit
formalin 25mg/L ditambah malachite green 0,2 mg selama 24 jam
Menggunakan Lengkuas dengan dosis 1 gr/l air 


NO
PENYAKIT
GEJALA-GEJALA
PENGANGGULANGAN
KIMIAWI
TREATMEN ALAMI
2.
Gyrodactylus Sp, dan Dactylogyrus sp
Borok Ikan


Nafsu makan ikan berkurang
Banyak lendir pada bagian kulit luar
Kulit/ badan mengeluarkan darah
Ikan seringberenang ke permukaan air dan tubuhnya sering molompat-lompat
Perendaman dalam
Formalin 2,5 ml  dalam 10 menit.
NH4Cl 25 gram = 1 lt ±15 menit
menggunkan kunyit dengan dosis 1 gr/l air







3.
Aeromonas hydrophila
Bercak Merah
Tedapat luka infeksi di bagian tubuh
Sisik terkuak
Perut busung, lemah
Sering berada di permukaan air atau dasar kolam
Napasnya mengap-mengap
Perendamn dalan larutan
Oxytetracycline 2-5 mg/L selama 24 jam yang dilakukan 3 kali berturut-turut
Malachite green oxalate 0,5 mg/L selama 1 jam.

Menggunakan daun miana dengan dosis 10 lembar/100 liter air





NO
PENYAKIT
GEJALA-GEJALA
PENGANGGULANGAN
KIMIAWI
TREATMEN ALAMI
4.
Argulus sp (kutu ikan)
Pada kulit dan insang tampak adanya kutu yang menempel kuat
Terjadi pendarahan pada bekas gigitan
Perendaman dalam garam dapur sebanyak 10-15 kg/m3 atau 10-15 g/L.
Menggunakan  mahkota dewa dengan dosis 50 iris/3 gelas air (600 cc)




5
Trcodina sp
ikan terlihat lemah
warna tubuh pucat
terdapat luka pada disertai infeksi sekunder
ikan sering menggosokan tubuhnya pad substrat, dinding atau dasar kolam.
Perendaman
Formalin sebanyak 40 mg/L.
Diberikan ekstrak daun sambiloto
6
Saprolegina dan Achlya
Adanya benag-benang krem dan bergumpal menyerupai kapas pada tubuhnya.
Perendaman
Menggunakan garam dapur sebanyak 400 gr/m3 atau 20 mg/L selama 1 jam.
Malachite green oxalate dengan dosis 0,1-0,5 mg/L selama 12-24 jam
Menggunakan daun sirih dengan dosis 10 lembar/l air

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan A. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Gurame Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Harmanto, Ning. Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa, Jakarta : Penebar Swadaya, 2004.
Jangkaru, Z. Memacu Pertumbuhan Gurame, Jakarta : Penebar Swadaya, 2003.
Khairuman dan Khairul Amri. Pembenihan Dan Pembesaran Gurame Secar Intensif, Jakarta : Agromedia Pustaka, 2003.
Sendjaja, Julius Tirta. Usaha Pembenihan Gurame, Jakarta : Penerbit Swadaya,2002.