DISKRIPSI IKAN BAUNG
Taksonomi
Ikan baung diklasifikasikan ke dalam :
Phylum :
Chordata
Kelas :
Pisces
Sub–kelas :
Teleostei
Ordo :
Ostariophysi
Sub–Ordo :
Siluroidae
Famili :
Bagridae
Genus :
Macrones
Spesies : Macrones nemurus CV (Saanin, 1968)
Menurut Imaki et al. (1978), ikan baung
dimasukkan dalam Genus Mystus dengan spesies Mystus nemurus CV.
Marfologi
Ikan baung mempunyai bentuk tubuh panjang,
licin, dan tidak bersisik; kepalanya kasar dan depres dengan tiga pasang sungut
di sekeliling mulut dan dekat ubang pernafasan, sedangkan panjang sungut rahang
atas hamper mencapai sirip dubur. Pada sirip dada dan sirip punggung,
masing-masing terdapat duri patil. Ikan
baung mempunyai sirip lemak (adipose fin) di belakang sirip pungung. Sirip ekor
berpingiran tegak dan ujung ekor bagian atas memanjang menyerupai bentuk
sungut. Bagian atas kepala dan badan berwarna coklat kehitam-hitaman sampai
pertengahan sisi badan dan memutih kearah bagian bawah. Panjang tubuh bisa
mencapai 50 cm (Webber dande Beaufort,1965 dan Tang 2000).
C. Habitat
|
Ikan baung banyak hidup di perairan tawar,
seperti sungai dan danau, juga terdapat di perairan payau muara sungai. Ikan
baung menyukai tempat-tempat yang tersembunyi dan tidak aktif keluar berkisar
antara 26-30ºc, pH berkisar antara 4 – 9, kandungan oksigin terlarut optimal
5-6 ppm.
D. Pola
Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan baung adalah allomtrik.
Pertambahan berat lebih cepat dari pada pertambahan panjang badan. Sedangkan
berdasarkan jenis kelamin, pertumbuhan ikan baung jantan berpola isometrik,
dimana pertambahan berat sebanding dengan pertambahan panjang badan. Dengan
demikian , factor makanan memegang peranan yang sangat penting. Jika ikan
baung semakin banyak mendapat makanan,
maka pertumbuhan beratnya semakin tinggi. Karena itu ikan baung berukuran besar
cenderung agresif mencari makan sehingga
pertumbuhannya berpola allometrik.
Factor lain yang mempengaruhi pertumbuhan
ikan baung adalah kematangan gonad. Ikan baung betina memiliki pola pertumbuhan
allometrik. Hamper 77% ikan baung betina mengandung telur sehingga berat telur
tersebut mempengaruhi pola pertumbuhannya. Hal ini juga menyebabkan pola
pertumbuhan ikan baung (jantan dan betina ) berpola allometrik.
E. Kebiasaan
Makan
|
Pada umumnya ikan mempunyai kemampuan
beradaptasi yang tinggi terhadap makanan dan pemanfaatan makanan yang terserdia
disuatu perairan. Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, maka kita dapat
mengetahui hubungan ekologi organisme
dalam suatu perairan, misal bentuk-bentuk pemangsaan persaiangan makanan dan
rantai makanan.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa ikan
baung termasuk jenis ikan karnivora dengan susunan makanan terdiri atas ikan,
insekta,udang, annelida, nematoda, detritus, sisa-sisa tumbuhan, atau organik
lainnya. Makanan utama ikan baung dewasa terdiri atas ikan dan insekta,
sedangkan makanan utama anakan ikan baung hanya berupa insekta. Djajadiredja et
al .(1977) mengemukakan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan omnivora dengan
makanan terdiri atas Dari komposisi
organisme yang dijumpai dalam isi lambung ikan baung ternyata bahwa ikan
initergolong jenis ikan pemakan segala (omnivora) dengan kecenderungan pada
jenis insekta air dan ikan ini mengarah kepemakan daging (karnivora).
PEMBENIHAN
Pemijahan/Penyuntikan
Pemijahan baung dilakukan secara buatan
(penyuntikan) atau semi alami. Induk ikan baung betina dan jantan yang telah
diseleksi dan disimpan dalam wadah yang terpisah. Untuk penyuntikan ikan dalam
pemijahan digunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,6-0,9 ml/kg betina dan jantan
0,5 ml/kg. Penyuntikan dilakukan 2 kali, yakni penyuntikan pertama ¼ bagian dan
suntikan kedua ¾ bagian, interfal waktu penyutikan pertama dan kedua antara
6-12 jam. Induk
|
|
betina
yang telah ovulasi kurang lebih 6-8 jam setelah penyuntikan kedua, dilakukan
striping (pengurutan telur). Untuk mendapatkan sperma, ikan jantan dibedah,
kemudian testis dicuci/dibersihkan dari darah dan lemak yang melakat.
Selanjutnya sperma dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% sebanyak setengah bagian.
Bilaterlalu pekat, tmabahkan NaCl sampai larutan berwarna putih susu agak
encer. Campurkan sperma sedikit demi sedikit kedalam telur aduk dengan rata.
Pemeliharaan Larva
Telur
yang telah menetas dipanen larva yang dihasilkan dipindahkan ke dalam akuarium
pemeliharaan larva. Faktor penting dalam penebaran atau pemeliharaan adalah
padat penebaran, padat penebaran untuk larva ikan baung berkisar antara 10-20
ekor/liter air. Penebaran larva dilakukan 1-5 hari setelah pengisian air pada
wadah pemeliharaan.hal ini dimaksudkan untuk menginkubasi air sehingga dapat
memotong siklus hidup organisme patogen yang mungkin terdapat pada media itu.
Larva
ikan baung berumur 1-5 hari dapat diberi pakan berupa Artemia salina atau Moina
sp, dengan kepadatan 1-2 ekor/ml. Pada saat berumur 3-8 hari, larva ikan baung
sudah dapat dibericincangan cacing Tubifex sp dan Daphnia sp. Ketika umur ikan
baung 7/8 hari larva ikan baung dibrikan pakan cacing Tubifex sp. Sebanyak 10 mg/ekor. Pemeliharaan ini
selama kurang lebih 14 hari.
Pendederan
Pendederan benih baung merupakan salah satu
tahap kegiatan pembenihan untuk mendapatkan benih baung yang siap dibesarkan.
Pendederan benih baung biasanya dilakukan dalam bak atau kolam pendederan.
Persiapan kolam, pemupukan maupun pemeliharaan benih baung selama di kolam
pendederan, sama seperti yang biasa dilakukan untuk pendederan jenis – jenis
ikan
Benih ditebar pada pagi atau sore hari
dengan kepadatan 100 ekor/m². Pakan diberikan setiap hari berupa tepung pellet
sebanyak 0,75gr/1000 ekor. Lama pemeliharaan benih selama 1 bulan atau telah
mencapai berat 10-20 gr.
PENYAKIT DAN PENGENDALIANYA
Ikan
yang dibudidayakan seringkali mengalami serangan penyakit. Penyakit dapat
berkembang akibat bermacam-macam faktor antara lain trauma pengangkutan,
kekurangan pakan, perubahan sifat fisik kimia air, serta epidemi dari suatu
penyakit. Sebenarnya, ikan mempunyai kekebalan terhadap serangan hama dan
penyakit selama berada dalam kondisi lingkungan
yang baik dan tidak ada faktor-faktor di atas yang memperlemah badannya.
Tanda-tanda Umum Ikan Sakit
Serangan penyakit sering datang mendadak.
Untuk itu, gejala awal yang tampak perlu dideteksi agar masalah lebih lanjut
dapat ditangani dengan segera. Setelah gejalanya diketahui, selanjutnya
dilakukan diagnosa untuk mengetahui faktor penyebabnya, kemudian dilakukan
tindakan pengobatan dengan jenis obat dan dosis yang tepat. Untuk itu, tanda
–tanda berikut ini perlu dipahami.
Tingkah laku
Ikan yang sakit bisanya memperlihatkan
tingkah laku menyimpang, misalnya menggosok-gosokkan badanya pada benda-benda
seperti batu, tanaman liar, atau piunggiran pematang /dinding akuarium. Pada
kasus lain iakn kehilangan keseimbangan sehingga gerakan tidak terkontrol. Pada
akhirnya ikan diam didasar dengan kedua sirip dada terbuka atau sekali-kali
muncul kepermukaan air seperti menggantung. Ada pula ikan yang sakit membuka
kedua tutup insangnya lebih lebar dari biasanya, frekuensi pernafasannya
meningkat, dan tampak terengah-engah dan lamakelamaan ikan kurang nafsu makan.
Kelainan warna tubuh
Jika tubuh ikan berubah menjadi pucat perlu
dicurigai, barangkali sudah ditempeli parasit tertentu. Namun ,perubahan warna
tubuh itu juga dapat disebabkan oleh kondisi terkejut karena terjadi pergantian
intensitas cahaya dari gelap keterang. Jika hal itu terjadi, biasanya warna
ikan kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu lama. Perubahan warna tubuh
juga sering terjadi jika ikan dalam keadaan takut atau seaat setelah memijah
(ikan betina).
Berdasarkan hal itu ,perubahan warna tubuh
ikan dapat disebabkan oleh serangan parasit ataupun oleh faktor diluar
penyakit. Kelainan warna dapat dianggap sebagai gejala dari suatu penyakit bila
tidak ada penyebab lain seperti takut, terkejut, atau habis memijah. Perubahan
warna yang disebabkan oelh penyakit biasanya bersifat permanen (berlangsung
lama).
Produksi lendir
Ikan sakit sering kali memproduksi lendir
berlebihan. Hal ini jelas terlihat pada ikan yang berwarna gelap. Sebaliknya,
kelebihan lendir itu agak sulit duketahui pada ikan yang berwarna terang karena
warna lendir itu bening hingga keabu-abuan. Produksi lendir yang berlebihan
biasanya disebabkab oleh parasit yang menyerang bagian kulit. Banyaknya lendie
tergantung pada intensitas serangan.
Kelainan bentuk organ
Serangan parasit tertentu akan menimbulkan
kelainan pada bagian tubuh ikan, misalnya berupa bintik-bintik putih pada
sirip, sisik, maupun pada bagian lain. Kelainan bentuk juga dapat terjadi pada
perbatasan dua keping tutup insang
trdapat tonjolan atau bengkak. Bila serangan sangat hebat, akan terjadi infeksi
yang parah sehingga tonjolan itu menyebar keseluruh bagian tubuh seperti
insang, mta, dan bahgian kepala. Bagian kulit, termasuk juga otot, tak luput
dari resiko terkena serangan parasit yang mengakibatkan bintik-bintik merah
atau menunjukkan gejala adanya semacam tumor pada kulit.
Faktor kondisi
Tedapat korelasi antara bobot seekor ikan
dengan panjangnya dikaitkan dengan
kondisi kesehatan ikan yang bersangkutan. Bila perbandingan berat dan
panjang ikan tidak seimbang dalam arti
hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan
angka indeks faktor kondisi ikan sehat maka ikan tersebut dikategorikan
menderita sakit.
Penyebab Ikan Sakit
Ikan tidak sehat dapat juga diakibatkan
oelh kondisi lingkungan seperti sifat fisika dan kimia air yng tidak cocok bagi
ikan atau karena pakan yang tidak cocok.
Kondisi pH
Kondisi pH yang sangat rendah (sangat asam)
atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa) dapat mengganggu kehidupan dan
kesehatan ikan. Setiap jenis ikan memperlihatkan respon berbeda terhadap
fluktuasi perubahan pH, dan dampak yang ditimbulkannya bermacam-macam. Oleh
sebab itu, pengukuran pH untuk mengetahui pola perkembangannya perlu dilakukan
agar kesehatan ikan selalu terpantau.
Kekurangan oksigen
Gejala umum ikan yang kekurangan oksigen
akan terlihat setres.ikan sering muncul kepermukaan air mengambil oksigen dari
udara bebas dan berenang terhentak-hentak. Beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain padat
penebaran yang terelalu tinggi, suhu tinggi, kurang ayau tidak ada tanaman air
sama sekali, kurang sinar matahari, dan tertimbunya bahan organik sari sisa
pakan ataupun tananman air yang mati.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam wadah
budidaya yang sangat rendah menyebabkan ikan mudah terserang penyakit dan parasit,
kadang-kadang tidak mau makan, dan tidak dapat berkembang dengan baik pada
konsentrasi oksigen kurang dari 4ppm (4 mg/liter).
Keracunan
Akibat keracunan biasanya fatal karena
kematian yang terjadi secara massal/serentak dan berlangsung cepat. Penyebab
keracunan biasanya berasal dari pakan yang busuk atau adanya gas beracun
seperti gas rawa, amoniak, dan asam belerang.
Pakan tidak baik
Pakan dapat menimbulkan kerugian jika
menjadi sumber infeksi penyakit, terutama bila komposisi gizinya buruk,
misalnya kekurangan vitamin atau mengandung bahan yang busuk dan beracun.
Kualitas pakan yang buruk seracara pemberian ayng kurang tepat akan memacu
peradangan yang serius pada saluran pencernaan sehingga perut ikan terlihat
membengkak dan terjadi pendarahan.
Perubahan suhu
Perubahan suhu yang menddak mengakibatkan
ikan mengalami shock dan menderita setres. Nafsu makan ikan berkurang sejalan
dengan penurunan suhu. Jika penurunannya besar dan drastis ikan akan berhenti
makan, pertumbuhannya lambat, bahkan terhambat. Sebaliknya,jika terjadi
kenaikan suhu yang ekstrim, ikan menjadi sulit bernafas. Jika ini berlangsung
lama, ikan menjadi sangat rentan terhadap serangan penyakit dan parasit.
Upaya Pencegahan
Ada pepatah kuno yang sangat populer yang
menyebutkan bahwa mwncegah lebih baik dari pada mengobati. Tindakan pencegahan
bertujuan untuk mencegah masuknya wabah penyakit kedalam wadah budidaya ikan,
untuk mencegah melusnya wilayah yang terkena penyakit, dan untuk mengurangi
kerugian produksi ikan akibat timbulnya penyakit.
Sanitasi Kolam
Sanitasi kolam dilaksanakan melalui
pengeringan, penjemuran, dan pengapuran bak/kolam dengan kepur tembok Ca (OH)2 sebanyak 200g/m² yang ditebar merata di
permukaan tanah dasar kolam. Kondisi ini dibiarkan selama 7-10 hari, setelah
itu baru kolam diairi dansiap ditebar ikan. Bisa juga menggunak kalium
permanganat (PK) yang ditebar pada kolam berair sebanyak 10-20 g/m3 air dan
dibiarkan selama 1 jam. Ikan dimasukan setelah air berubah normal kembali
karena adanya pergantian air.
Sanitasi Ikan Tebaran
Ikan yang akan ditebarkan diperiksa dulu,
apabila menunjukan adanya kelainan atau sakit harus dikarantina untuk pengobatan.
Ikan tebaran yang dianggap sehat pun
harus direndam dalam larutan PK (20g/m3 air), malachyte green (40 mg/10 liter
air), atau dengan formalin (1 cc/10 liter air) masing-masing selama 10-15
menit.
Sanitasi Perlengkapan dan peralatan: Perlengkapan atau peralatan kerja sebaiknya
selalu dalam keadaan suci hama yaitu
dengan cara merendamnya dalam larutan PK atau larutan kaporit selama 30-60
menit.
Menjaga Lingkungan Tempat Budidaya
Upaya perlidungan dari gangguan hama dan
parasit ikan adalah dengan menjaga lingkungan budidaya dan perairan. Pematang
kolam dibersihkan dari tumbuhan liar yang sering menjadi tempat persembunyian
hewan darat seperti ular dan kodok. Pohon yang rindang dikurangi agar tidak
mengurangi masuknya sinar matahari. Setiap kolam/bak diusahakan mendapatkan
pemasukan air yang baru dan segar. Selain itu, bahan-bahan organik seperti
sampah yang memungkinkan masuk kewadah budidaya dikurangi.
Penyakit yang Umum Menyerang Baung
Penyakit parasit
Parasit merupakan hewan atau
tumbuh-tumbuhan yang menggantungkan hidupnya pada inangnya. Penyakit yan
berasal dari bakteri, jamur, protozoa, ataupun cacing.
Penyakit yang diakibatkan oleh Bakteri
Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri
disebut penyakit bakterial. Penyakit ini secara umum ditandai dengan adanya
luka berwarna kemerah-merahan atau bercak-bercak merah pada bagian tubuh luar
ikan, seperti bisul berisi cairan, sirip mengalami pembusukan sehingga rusak,
insang pucat dan rusak, perut mengalami pembengkakan, dan kadang-kadang ekor
ikan putus.
Jenis bakteri yang menyerang ikan air
tawar, terutama lele dan baung adalah bakteri Aeromonas hydrophyla. Bakteri ini
dapat menyebabkan penyakit jika kondisi lingkungan ataupun ikan itu sendiri
menjadi buruk.
|
Pencegahan penyakit bakterial dapat dilakukan
dengan menggunakan oat-obatan seperti Malacheet Green. Malacheet Green berupa
serbuk hijau yang biasa dibeli di apotik atau toko-toko obat. Doseis yang
digunakan adalah 1-15mg/liter. Ikan yang sakit direndam dalam larutan Malacheet
Green selama ±10-15 menit.
Penyakit yang diakibatkan oleh jamur
Ikan yang terserang jamur ditandai dengan kulit ikan yang ditumbuhi
benang-benang halus seperti kapas berwarna putih kecoklat-colkatan. Jenis jamur
yang sering menyerang ikan air tawar (seperti catfish) adalah jamur Aphanomyces
(menyerang bagian dalan tubuh) dan Saprolegmia (menyerang bagian luar tubuh)
Pencegahan dan pengobatan penyakit ini
dapat dilakukan dengan menjaga kebersiahan media pemeliharaan dan menghindari
perlakuan yang dapat menimbulkan luka pada ikan. Ikan yang terserabg penyakit
jamur dicelupkan ke dalam larutan Malacheet Green dosis 60 g/m³ selama 15
menit, atau dengan dosis 2-3 gram/m³air selama 1 jam atau dicelupkan dalam
larutan formalin (kadar 10%) dengan dosis 1,5-2 cc/liter air selama 15 menit.
Penyakit yang disebabkan oleh Protozoa
Penyakit yang paling sering dijumpai pada
larva adalah penyakit bintik putih (whate spot). Penyakit ini disebabkan oleh
parasit dari jenis Ichthyophthirius multifilis. Penyakit ini nerusak sel-sel
lendir ikan dan dapat menyebabkan pendarahan yang sering terlihat pada sirip
dan insang ikan.
Pencegahan penyakait Ichthyophthirius
multifilis dapat dilakuka dengan menciptakan suasana kesegaran dan kesehatan
bagi ikan dengan mengusahakan kualiatas air tetap dalam kondisi optimal yang disertai
pemberian pakan yang baik.
Pengobatan atau pemberantasan penyakit ini
dapat dilakukan dengan:
Ikan yang sakit direndam dalam larutan
garam dapur (NaCI) dosis 10-15 g/liter air selama 20 menit atau 25g/liter
selama 10-15 menit.
Ikan yang sakit direndam dalam larutan
Malacheet Green 0,05 mg/liter air selama 3-4 hari atau 0.15 mg/liter.
Suhu air pemeliharaan ditingkatkan menjadi
30°c dan setiap hari diganti air 50%.
Ikan yang sakit direndam dalamacriflavine
(hydrochlrida) dosis 10mg/liter air.
Penyakit yang diakibatkan oleh Lernea
Parasit Lernea merupakan parasit yang
menempel pada bagian luar tubuh ikan. Parasit ini dapat menyebabkan luka-luka
sehingga menjadi jalan masuk nagi bakteri, jamur, atau virus. Timbulnya Lernia
ini disebabkan oleh banyaknya bahan organik berupa sampah, sisa makanan dan
sisa pemupukan, pengairan kolam yang tidak mengalir, suhu yang relatif
tinggi,atau padat penebaran yang tinggi.
|
Gejala-gejala yang terserang penyakit Lernea
adalah pada bagian badan, sirip, dan mata ditemukan parasit yang menempel. Ikan
yang terserang penyakit ini juga sering mengalami luka-luka atau radang pada
tempat melekatnya parasit.
Pencegahan penyakit Lernea dapat dilakukan
dengan menyaring air terlebig dahulu sebelum dimasukan ke wadah budidaya. Ikan
yang sakit direndam dlm larutan PK (Kalium Permangana = KMn04) dosis
20-25mg/liter air selama 2-3 jam. Pengendalian penyakit dapat juga dilakukan
dengan perendaman ikan dalam larutan formalin 10% dengan dosis 250 ml/m³ air
selama 10-15 menit dan diulangi 2-3 kali dalam selang waktu 2-3 hari.
Penyakit yang diakibatkan oleh Argulus
Argulus hidup dengan cara menghisap darah
ikan. Kutu ikan ini dapat berpindah-pindah dari satu ekor ikan ke ikan yang
lain. Tanda-tanda ikan yang terserang sering mati karena disengat dan dihisap
darahnya. Gerakan ikan menjadi lambat dan pada badan kadang-kadang terdapat
bintik merah.
Pencegahan kutu ikan dapat dilakukan dengan
pengeringan kolam secara berkala, sambil mengolah tanah, memupuk, mengapur
kolam untuk memutuskan telur-telur Argulus, serta pergantian air kolam sesering
mungkin.
Penyakit yang diakibatkan oleh Gyrodactylus
dan Dactylogyrus
Gyrodactylus dan Dactylogyrus adalah
sejenis cacing sangat kecil yang hidup sebagai parasit ikan danmerusak insang
serta kulit luar ikan. Insang yang diserang Gyrodactylus dan Dactylogyrus
menjadi luka, kemudian timbul pendarahan akibat pernafasan ikan terganggu.
Kulit ikan yang terserang menjadi berlendir banyak.
Pengobatan terhadap ikan yang terserang
dapat dilakukan dengan menggunakan larutan formalin 25mg/liter air.
Gejala Serangan dan Pengendalian Penyakit
NO
|
JENIS PENYAKIT & PENYEBABNYA
|
GEJALA SERANGAN
|
PENGENDALIAN
|
|
KIMIAWI
|
ALAMI
|
|||
1
|
Bakteri
Aeromonas hydrophyla
|
Luka berwarna kemerah-merahan atau
bercak-bercak merah pada bagian tubuh luar ikan,bisul berisi cairan,sirip
rusak,insang pucat/ rusak, perut bengkak, ekor ikan rusak kadang-kadang putus.
|
Malacheet Green,dosis 1-15 mg/ltr. Ikan
yang sakit direndam selama 10-15 menit. Pengobatan dilakukan 3kali
berturut-turut dengan jarak.
|
Cangkang mahkota dewa 50 iris, daun sirih
10 lembar,direbus dalam 3 gelas air menjadi 1 gelas untuk
|
|
|
Serangan yang ringan pada selaput lendir
mengakibatkan ikan gatal-gatal dengan ciri ikan menggosokkan badan pada wadah
budidaya.
|
2-3 hari.
|
50 liter air.
|
NO
|
JENIS PENYAKIT & PENYEBABNYA
|
GEJALA SERANGAN
|
PENGENDALIAN
|
|
KIMIAWI
|
ALAMI
|
|||
2
|
Protozoa
(white sport)
Ichthyopthyrius multifilis
|
Merusak sel-sel lendir ikan dan dapat menyebabkan
pendarahan sering terlihat pada sirip dan insang.
|
Ikan yang sakit direndam dalam larutan
garam dapur (NaCI) dosis 10-15gr/ltr air selama 20menit atau 25gr/ltr selama
10-15menit.
Direndam dalam larutan Malacheet Green
dosis 0,05mg/ltr selama 3-4 hari
|
Cangkang mahkota dewa 50 iris, daun ketapang 5 lembar. Bahan direbus dalam
3 gelas air ,menjadi 1 gelas untuk 50 liter air.
|
3
|
Jamur Aphanomyces (menyerang dalam tubuh)
Saprolegmia (menyerang bagian luar tubuh)
|
Pada kulit ikan ditumbuhi benang-benang
halus seperti kapas berwarna putih atau putih kecoklat-coklatan.
|
Ikan yang sakit direndam dalam larutan
Malacheet Green dosis 60gr/m³ selama 15 menit atau dalam larutan formalin
(kadar 10%) dosis 1,5-2cc/tlr air selama 15 menit.
|
Mahkota dewa 50 iris, 10 lembar daun
sirih, rebus dalam 3 gelas air menjadi 1 gelas, tambahkan alkohol 70%
sebanyak10 cc. Untuk peremdaman atau diteteskan pada luka.
|
4
|
Lernia
|
Pada badan ikan ditemukan parasit yang
menempel seperti cacing,ikan yang terserang mengalami luka-luka atau
radang pada
|
Ikan yang sakit direndam dalam larutan PK
dosis 20-25mr/ltr selama 2-3 jam, atau larutan formalin
|
Daun ketapang 5 lembar direbus dengan air
secukupnya
|
NO
|
JENIS PENYAKIT & PENYEBABNYA
|
GEJALA SERANGAN
|
PENGENDALIAN
|
|
KIMIAWI
|
ALAMI
|
|||
|
|
Tempat
menempelnya parasit. Bila parasitnya
dijabut akan terlihat bekas lubang pada tubuh ikan , sehingga ikan mudah
terkena infeksi kedua oleh virus, bakteri, atau jamur.
|
10% dosis 250ml/ m³ selama 10-15 menit
diulang 2-3 kali dalam selang waktu 2-3 hari.
|
cc alkohol 70%. Untuk perendaman atau
diteteskan pada badan ikan yang terkena learnea.
|
5
|
Argulus
|
Ikan menjadi kurus sehingga menyebabkan
kematian karana darah habis dihisap oleh argulus, gerakan ikan menjadi
lamban.
|
Ikan direndam dalam larutan garan dapur
dosis 20g/ltr selama 5 menit
|
Rebus 50 iris cangkang mahkota dewa dalam
3 gelas air menjadi 1 gelas untuk 50 liter air.
|
6
|
Cacing
Gyrodactylus dan Dactylogyrus
|
Timbul luka-luka sehingga terjadi
pendarahan akibat pernafasan terganggu,kulit
ikan menjadi
|
Ikan direndam dalam larutan formalin 25
ml/ltr selama 10-15menit.
|
30gr biji pinang yang sudah halus direbus
setelah
|
KANDUNGAN PADA BAHAN ALAMI
Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa)
Kandungan
buah mahkota dewa terdiri dari golongan alkanoid, tanin, flavonoid, saponin,
lignan, minyak asiri, dan sterol. Senyawa ligna baru baru yang terdapat pada
ekstrak daging buah mahkota dewa berfungsi sebagai antikanker dan antioksidan.
Daun sirih (Piper betel linn)
Sirih
sebagai antiseptik mengandung dua jenis phenol, betel-phenol (chvibetol) dan
chavicol yang sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan dengan
feno; biasa.
Biji pinang
Biji mengandung 0,3-0,6 alkaloid, arekain,
guvakin. Red tannin 15%,lemak 14%,kanji dan resin
DAFTAR PUSTAKA
Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Jl.
Salabintana 17, Tlp (0266) 225211 Fax.(0266)225240 Email: bbats@telkom.net
Daelami Deden A.S. Usaha Pembenihan Ikan
Hisa Air Tawar, Jakarta, Penebar Swadaya, 2001.
Harmanto Ning, Menggempur Penyakit Hewan
Kesayangan Dengan Mahkota Dewa,
Jakarta, Penebar Swadaya, 2004.
Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan
Ikan “Baung Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian,
Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Tang, U.M. Teknik Budidaya Ikan Baung, Kanisius,
2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar