Senin, 30 Juli 2018

Penggunaan Vaksin HydroVac dan StreptoVac untuk Pencegahan Penyakit Potensial pada Ikan Air Tawar

DESKRIPSI TEKNOLOGI
Manfaat Teknologi
 Aplikasi vaksin HydroVac merupakan upaya pemberian kekebalan spesifik (antibodi) secara dini pada ikan budidaya untuk mencegah infeksi bakteri Aeromonas hydrophila, bakteri patogen penyebab penyakit Motile Aeromonas Septicaemia (MAS).
 Aplikasi vaksin StreptoVac merupakan upaya pemberian kekebalan spesifik (antibodi) secara dini pada ikan budidaya (khusunya ikan nila) untuk mencegah infeksi bakteri Streptococcus agalactiae, bakteri patogen penyebab penyakit streptococciosis.
 Aplikasi vaksin HydroVac dan StreptoVac pada perikanan budidaya air tawar dapat menekan tingkat mortalitas yang diakibatkan oleh penyakit Motile Aeromonas Septicaemia (MAS) pada semua jenis ikan air tawar, dan penyakit streptococcosis pada ikan nila.
 Program vaksinasi akan meningkatkan produksi (food security) dan menjamin mutu produk perikanan (food safety), serta menjamin keberlanjutan budidaya ikan (sustainable aquaculture) air tawar yang ramah lingkungan.
 Vaksinasi merupakan salah satu upaya pengendalian penyakit bakterial pada ikan yang ramah terhadap ikan, lingkungan perairan dan konsumen.
 Penggunaan vaksin dapat mencegah timbulnya resistensi bakteri patogen pada ikan dan lingkungan perairan akibat penggunaan bahan kimia/antibiotika yang kurang bijaksana dalam pengelolaan kesehatan ikan.
 Secara ekonomi, aplikasi vaksin HydroVac dan StreptoVac pada perikanan budidaya air tawar akan menambah biaya produksi 1 – 2 rupiah/ekor ikan; namun keuntungan yang diperoleh akan sangat nyata.
PENGERTIAN/DEFINISI
Vaksin : Vaksin adalah suatu produk biologi yang terbuat dari mikroorganisme, komponen mikroorganisme yang telah dilemahkan, dimatikan atau rekayasa genetika dan berguna untuk merangsang kekebalan tubuh secara aktif (antibodi) sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi suatu jenis mikroorganisme patogen.
RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS
Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi
Persyaratan yang perlu diperhatikan sebelum melakukan vaksinasi pada ikan:
 Ikan telah berumur lebih dari dua minggu.
 Kesehatan ikan harus dalam kondisi prima, hindari pemberian vaksin pada ikan yang sedang sakit.
 Suhu air relatif hangat (di atas 25oC) dan stabil.
SOP teknologi
HydroVac dan StreptoVac dapat diberikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu perendaman, pakan dan suntik.
(1) Perendaman dalam larutan vaksin selama 15–30 menit. Teknik ini sangat ideal u n t u k ikan ukuran benih. Perendaman dapat dilakukan dalam bak beton/fiber glass/ akuarium atau ember plastik. Dosis yang digunakan adalah 100 ml vaksin untuk 1.000 liter air atau 1 ml vaksin untuk setiap 10 liter air. Air bekas rendaman pertama, masih dapat segera (tidak lebih dari 2 jam) digunakan sekali lagi untuk tujuan yang sama.
(2) Melalui pakan ikan (pellet). Teknik ini cocok untuk ikan yang sudah dipelihara di kolam/jaring atau sebagai vaksinasi ulang (booster). Vaksin diencerkan terlebih dahulu dengan air bersih, kemudian dimasukkan ke dalam alat semprot. Semprotkan larutan vaksin tersebut ke pakan secara merata, dikeringanginkan dan selanjutnya segera diberikan kepada ikan. Dosis yang diberikan adalah 2 - 3 ml/kg bobot tubuh ikan. Pemberian vaksin dilakukan selama 5 – 7 hari berturut-turut.
(3) Melalui penyuntikan. Teknik ini terutama diaplikasikan untuk ikan yang berukuran lebih dari 5 gram/ekor atau calon induk. Dosis vaksin yang diberikan adalah 0,1 ml/ekor. Penyuntikan dapat dilakukan melalui rongga perut (intra peritoneal) atau dimasukkan ke otot/daging (intra muscular) dengan sudut kemiringan jarum suntik 30 derajat.
Kaji Terap yang Sudah Dilakukan
Laporan aplikasi vaksin Hydrovac tahun 2009 ke beberapa dinas dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Kementrian Kelautan dan Perikanan; serta Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Kabupaten/Kota diperoleh data-data sebagai berikut:
 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, aplikasi vaksin Hydrovac memberikan hasil yang menggembirakan bagi para pembudidaya ikan lele, gurame, nila, patin dan ikan mas dengan rataan tingkat kelangsungan hidup ikan berkisar antara 89% - 90%.
 Dinas Pertanian Kota Metro Lampung, aplikasi vaksin Hydrovac pada ikan lele dan ikan patin dengan ukuran 5 sampai 7 cm melalui route perendaman; diperoleh rataan tingkat kelangsungan hidup ikan berkisar antara 90% - 95%.
 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, aplikasi vaksin Hydrovac pada ikan lele dan ikan patin diperoleh tingkat kelangsungan hidup rata-rata di atas 85%. Sedangkan aplikasi vaksin tersebut pada budidaya ikan gurame ukuran 1–3 cm, 5-8 cm, 8-12 cm hingga gurame indukan diperoleh tingkat kelangsungan hidup berkisar antara 70% - 100%.
 Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi melaporkan penggunaan vaksin Hydrovac pada ikan lele dan ikan mas yang diaplikasikan melalui route perendaman dan melalui pakan, secara ringkas hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis Ikan Ukuran Ikan (cm) Berat Ikan Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Lele 4 - 5 - 82 -86 Lele - 100 – 125 g 97 – 99 Lele - 200 – 250 g 97 Lele - 20 g 95 Mas - 1,8 – 2,5 kg 100 Tabel 1. Ringkasan hasil penggunaan vaksin Hydrovac pada ikan lele dan mas di wilayah binaan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.  Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat mengaplikasikan vaksin Hydrovac pada ikan nila dan mas umur 1 - 2 bulan dan melaporkan sangat baik responnya dengan tingkat kelangsungan hidup 60 sampai 80%.  Balai Budidaya Perikanan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi Daerah DKI Jakarta tidak melaporkan tingkat kelangsungan hidup ikan, akan tetapi Balai tersebut melaporkan bahwa dua hari pasca pemberian vaksin Hydrovac, ikan mas dan koi berumur 14 – 45 hari cenderung senang berenang ke permukaan dan kurang nafsu makan. Perilaku ikan kembali normal setelah hari ke lima pasca vaksinnasi.  Dinas Perikanan Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat melakukan aplikasi vaksin Hydrovac pada ikan lele dumbo, gurame, mas dan nila dengan kisaran umur 3 minggu - 3 bulan. Dari aplikasi vaksin tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: pemberikan vaksin terbukti meningkatkan nafsu makan ikan sehingga pertumbuhannya meningkat sampai Jenis Ikan Umur Ikan (hari) Ukuran Ikan (inci) Kondisi ikan setelah divaksin Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Gurame 15 0,5 Ikan normal >80 Gurame 20 0,5 Ikan sehat >80 Gurame 30 1 Gerakan kurang lincah, warna sedikit pucat tapi tidak pudar .>80 Gurame 50 1,5 Tidak terjadi gripis pada ekor dan sirip, performa lebih baik >80 Gurame 60 2 Ikan lebih cepat tumbuh dan lebih sehat >80 50%, dan tingkat kelangsungan hidup ikan mencapai 75% - 99%.
 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung melaporkan bahwa aplikasi vaksin Hydrovac meningkatkan respon ikan lele dumbo dan nila terhadap pakan yang diberikan; dengan rataan tingkat kelangsungan hidup berkisar antara 75% - 90%.
 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung (Jawa Barat) melaporkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan yang divaksin dengan vaksin Hydrovac umumnya mencapai 100%.
 Balai Benih Ikan (BBI) Punten, Kota Batu – Malang melaporkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan yang divaksin dengan vaksin Hydrovac umumnya mencapai 100%.
 Dinas Kelautan dan Perikanan Agam, Sumatera Barat melaporkan bahwa aplikasi vaksin Hydrovac pada ikan nila dan mas dapat menurunkan tingkat kematian.
 Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bangli Bali, melaporkan bahwa aplikasi vaksin Hydrovac pada ikan nila dan mas dapat menurunkan tingkat kematian.
 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung Jawa Timur, melaporkan bahwa aplikasi vaksin Hydrovac pada ikan nila dan mas dapat menurunkan tingkat kematian. Balai Benih Ikan (BBI) Kepanjen Malang Jawa Timur, melaporkan bahwa aplikasi vaksin Hydrovac pada ikan nila dan mas dapat menurunkan tingkat kematian.
 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang Jawa Barat melaporkan bahwa aplikasi vaksin Hydrovac pada ikan nila dan mas dapat menurunkan tingkat kematian.
 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu menyatakan bahwa penggunaan vaksin Hydrovac mempunyai efek positif, antara lain ikan yang menderita mata menonjol dapat mengalami penyembuhan dan secara umum terjadi kenaikan berat ikan.
 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat dan Timur, melaporkan bahwa vaksin Hydrovac sangat baik untuk mencegah penyakit yang sering terjadi pada budidaya ikan air tawar. Aplikasi jenis vaksin tersebut dapat meningkatkan kelangsungan hidup rata-rata di atas 80%.
 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, melaporkan bahwa vaksin Hydrovac sangat baik untuk mencegah penyakit yang sering terjadi pada budidaya ikan air tawar. Aplikasi jenis vaksin tersebut dapat meningkatkan kelangsungan hidup rata-rata di atas 80%.
 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DI Yogyakarta, melaporkan bahwa vaksin Hydrovac sangat baik untuk mencegah penyakit yang sering terjadi pada budidaya ikan air tawar. Aplikasi jenis vaksin tersebut dapat meningkatkan kelangsungan hidup ratarata di atas 80%.  Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB, melaporkan bahwa vaksin Hydrovac sangat baik untuk mencegah penyakit yang sering terjadi pada budidaya ikan air tawar. Aplikasi jenis vaksin tersebut dapat meningkatkan kelangsungan hidup rata-rata di atas 80%.  Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Karawang, melaporkan bahwa vaksin Hydrovac sangat baik untuk mencegah penyakit yang sering terjadi pada budidaya ikan air tawar. Aplikasi jenis vaksin tersebut dapat meningkatkan kelangsungan hidup ratarata di atas 80%.  Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, melaporkan bahwa vaksin Hydrovac sangat baik untuk mencegah penyakit yang sering terjadi pada budidaya ikan air tawar. Aplikasi jenis vaksin tersebut dapat meningkatkan kelangsungan hidup rata-rata di atas 80%.  Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee Aceh, melaporkan bahwa vaksin Hydrovac sangat baik untuk mencegah penyakit yang sering terjadi pada budidaya ikan air tawar. Aplikasi jenis vaksin tersebut dapat meningkatkan kelangsungan hidup rata-rata di atas 80%.  Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat menjelaskan secara detail aplikasi vaksin pada ikan gurame umur 15 - 60 hari dan ukuran berkisar antara 0,5 - 2 inci yang divaksin Hydrovac melalui route perendaman. Selengkapnya disajikan pada Tabel 2.  Berdasarkan hasil uji multi lokasi, dapat disarikan bahwa vaksin Hydrovac sangat efektif diaplikasikan dalam pembudidayaan ikan mas (Cyprinus carpio) di beberapa lokasi seperti Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Efektivitas vaksin dihitung dari nilai mortalitas kumulatif, kelangsungan hidup dan biomasa. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kelompok ikan mas yang divaksin mempunyai nilai mortalitas kumulatif relatif lebih rendah, tingkat kelangsungan hidup dan produksi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ikan yang tidak divaksin di semua lokasi penelitian di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Vaksin Hydrovac juga dapat memberikan proteksi berdasarkan uji multi lokasi terhadap kemungkinan infeksi dari A. hydrophila strain yang lain.
KEUNGGULAN TEKNOLOGI
Teknologi Baru
Motile Aeromonas Septicemia (MAS) atau “penyakit merah”, disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas hydrophila; merupakan penyakit bakterial yang bersifat akut, menginfeksi semua umur & semua jenis ikan air tawar, dapat mengakibatkan kematian hingga 100%, dan sering menimbulkan kerugian yang sangat signifikan. Komisi Kesehatan Ikan dan Lingkungan Nasional pada 2006 telah menetapkan jenis penyakit ini sebagai salah satu penyakit ikan utama di Indonesia. Streptococcosis merupakan penyakit infeksius yang semakin sering terjadi pada budidaya ikan nila. Kasus streptococcosis pada ikan nila di Jawa Barat dan Jawa Tengah disebabkan oleh infeksi bakteri S. agalactiae (85%) dan S. iniae (15%). Secara laboratoris, infeksi S. agalactiae pada ikan nila bersifat akut; sedangkan infeksi S. iniae lebih bersifat kronis. Fakta tersebut mengindikasikan bahwa bakteri S. agalactiae berpotensi sebagai penyebab streptococcosis yang lebih serius pada budidaya ikan nila. Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar – Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya telah mengembangkan vaksin anti-Aeromonas hydrophila dengan nama ”HydroVac” dan vaksin anti-Streptococcus agalactiae dengan nama “StreptoVac” sebagai produk biologi bagi upaya peningkatan produksi perikanan budidaya air tawar nasional. Hasil kajian laboratoris dan lapang, aplikasi vaksin “HydroVac” dapat menekan tingkat kematian ikan akibat penyakit MAS berkisar 30-40% dibandingkan dengan tanpa aplikasi vaksin yang mencapai 6070%. Sedangkan hasil kajian laboratoris dan lapang, aplikasi vaksin “StreptoVac” dapat menekan tingkat kematian ikan nila akibat penyakit streptococcosis berkisar 20-30% dibandingkan dengan tanpa aplikasi vaksin yang mencapai 50-60%. Salah satu diantara beberapa keunggulan yang dimiliki oleh kedua jenis vaksin tersebut adalah kemampuannya untuk menginduksi respon kebal spesifik yang dapat bereaksi silang (cross reactivity) terhadap beberapa strain bakteri A. hydrophila (untuk vaksin Hydrovac) dan bakteri S. agalactiae (untuk Streptovac) patogen yang terdapat di beberapa wilayah pengembangan budidaya ikan air tawar. Keunggulan ini memberi harapan bahwa produk vaksin ini dapat digunakan oleh seluruh pembudidaya ikan di seluruh wilayah sentra produksi ikan air tawar. Vaksinasi ikan adalah memberi bekal kekebalan (immunity) pada tubuh ikan secara dini. Teknik ini merupakan salah satu alternatif pengendalian penyakit yang perlu terus dikembangkan, karena lebih ramah terhadap lingkungan, tidak berdampak negatif terhadap ikan itu sendiri maupun terhadap manusia. Vaksinasi pada perikanan budidaya diyakini akan dapat memberi kontribusi yang sangat signifikan terhadap peningkatan produksi perikanan budidaya. Keberhasilan program vaksinasi akan berdampak langsung terhadap, antara lain: (1) menurunnya tingkat mortalitas ikan budidaya akibat infeksi patogen potensial, (2) menurunnya penggunaan antibiotik pada budidaya ikan, dan (3) menurunnya daya resistensi beberapa jenis patogen terhadap antibiotik.
Keberhasilan Teknologi
Penyakit yang menyerang ikan secara umum dikelompokkan menjadi dua yaitu penyakit infeksius dan non infeksius. Jenis penyakit non-infeksius disebabkan oleh lingkungan, makanan, dan genetik. Sedangkan jenis penyakit infeksius terdiri dari penyakit yang disebabkan oleh parasit, jamur, bakteri, dan virus. Bakteri yang bersifat patogen pada ikan adalah Aeromonas hydrophila, penyebab penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS), dan infeksi bakteri Streptococcus banyak ditemukan pada ikan nila dan menyebabkan penyakit yang disebut streptococcosis. Streptococcosis akibat infeksi Streptococcus merupakan penyakit pada tilapia yang biasa dihadapi petani ikan dalam usaha budidaya dan dapat menyebabkan kematian ikan yang tinggi.
Vaksin ”HydroVac” dan “StreptoVac” sebagai produk biologi untuk pencegahan penyakit bakteri potensial diharapkan mampu berkontribusi dalam peningkatan produksi perikanan budidaya air tawar nasional. Hasil kajian laboratoris dan lapang, aplikasi vaksin “HydroVac” dapat menekan tingkat kematian ikan akibat penyakit MAS berkisar 30-40% dibandingkan dengan tanpa aplikasi vaksin yang mencapai 60-70%. Sedangkan hasil kajian laboratoris dan lapang, aplikasi vaksin “StreptoVac” dapat menekan tingkat kematian ikan nila akibat penyakit streptococcosis berkisar 20-30% dibandingkan dengan tanpa aplikasi vaksin yang mencapai 50-60%. Penggunaan vaksin sebagai upaya pencegahan penyakit ini merupakan teknologi pengendalian penyakit ikan yang efisien, efektif, dan ramah lingkungan merupakan satu-satunya alternatif yang harus dikembangkan untuk mendukung program peningkatan produksi perikanan budidaya. Vaksinasi pada perikanan budidaya diyakini akan dapat memberi kontribusi yang sangat signifikan terhadap peningkatan produksi perikanan budidaya. Vaksinasi juga merupakan salah satu upaya pengendalian penyakit bakterial pada ikan yang ramah terhadap ikan, lingkungan perairan dan konsumen. Program vaksinasi akan meningkatkan produksi (food security) dan menjamin mutu produk perikanan (food safety), serta menjamin keberlanjutan budidaya ikan (sustainable aquaculture) air tawar yang ramah lingkungan.
PENERAPAN DALAM SISTEM USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN
a. Telah lulus uji mutu dari BBPMSOH dengan sertifikat pengujian Vaksin HydroVac No. TN.720/3 0 8/stfk/ F5.I /V/2012 dan Vaksin StreptoVac No. TN.720/097/stfk/F.12/II/2013.
b. Telah memiliki nomor register dari KKP, Vaksin HydroVac (KKP RI NO. D 1206203BKC) dan Vaksin StreptoVac (KKP RI NO. D 1305224 BKC).
c. Vaksin HydroVac telah dikerjasamakan dengan PT. CAPRIFARMINDO L A B O R A T O R I E S t a n g g a l 2 5 O k t o b e r 2 0 1 1 N o . 25.01/BalitbangKP.2/KL.210/X/2011 No. 017/X/11/GM/EKS/CAP-VET dengan nama Vaksin CapriVac-Aero.
d. Vaksin HydroVac dan StreptoVac mampu menginduksi respon kebal spesifik (antibodi) pada ikan. Antibodi tersebut mulai bekerja 1 – 2 minggu pasca vaksinasi, dan proteksi berlangsung selama 3 - 4 bulan. Untuk meningkatkan kadar antibodi serta periode proteksi hingga lebih dari 4 bulan, perlu dilakukan vaksinasi ulang (booster) yang diberikan 1 - 2 bulan dari saat vaksinasi pertama.
RAMAH LINGKUNGAN
Hydrovac dan Streptovac merupakan vaksin in-aktif bakteri Aeromonas hydrophila AHL0905-2 dan Streptococcus agalactiae N14G. Kedua jensi bakteri tersebut merupakan isolat lokal (indigenous species) yang telah diseleksi secara laboratories. Kedua sediaan vaksin tersebut mengandung bakteri sel utuh sebanyak 1011 cfu/ml dengan pelarut berupa larutan phosphate buffered saline (PBS) 0,845%. Botol kemasan berupa plastic PVC volume 100 ml dengan dua penutup yang kedap air dan tersegel. Produk akhir dari kedua jenis vaksin tersebut telah lulus dari hasil uji mutu yang dilakukan oleh lembaga yang sangat kompeten untuk pengujian mutu vaksin, dan lembaga tersebut (Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan/BBPMSOH) telah dua kali memperoleh akreditasi regional (ASEAN). Berdasarkan hasil uji terhadap persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh suatu produk vaksin, maka vaksin Hydrovac dan Streptovac dinyatakan LULUS. Sertifikat tersebut mengisyaratkan bahwa kedua jenis vaksin tersebut adalah murni, steril, inaktif dan aman untuk digunakan untuk ikan, tidak menghasilkan residu yang mengkontaminasi lingkungan budidaya; serta aman untuk konsumen.
WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Lihat gambar peta distribusi vaksin pada halaman sebelumnya
KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF  Jika umur ikan kurang dari 2 minggu maka vaksinasi tidak efektif karena organ yang berperan dalam pembentukan ketahanan tubuh belum berkembang sempurna.  Vaksinasi tidak efektif jika kondisi kesehatan ikan tidak prima atau ikan sakit dan suhu air di bawah 25 C atau suhu tidak stabil.o  Efektifitas vaksin akan menurun jika cara penyimpanan vaksin tidak dalam kondisi dingin atau pada refrigerator. KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA Kedua jenis vaksin sangat ekonomis karena dosis pemakaiannya adalah 100 ml vaksin untuk 1.000 liter air rendaman yang dapat digunakan untuk 50.000 benih ikan. Kisaran harga vaksin per kemasan isi 100 ml adalah sekitar Rp 60.000 – 75.000,- sehingga harga vaksin hanya Rp. 1,- /benih tetapi dapat meningkatkan kelulusan hidup ikan dan menekan mortalitasnya.
No Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah (Vaksinasi) Jumlah (Tanpa Vaksinasi ) I INVESTASI Sewa Lahan 500 m2 per thn 1 tahun 1.000.000 1.000.000 1.000.000 Peralatan perikanan 1 set 500 500 Jumlah 1.500.000 1.500.000 II BIAYA VARIABEL Benih (7-8 cm) 40 ekor 150 6.000.000 6.000.000 Pakan (vaksinasi) 147 Bal/30kg 211 31.017.000 - Pakan (tanpa vaksinasi) 110 Bal/30kg 211 - 23.210.000 Tenaga kerja (2 orang) 3 OB 300 1.800.000 1.800.000 Vaksin 3 botol 60 180 - Jumlah 38.997.000 31.010.000 III BIAYA TETAP Penyusutan Sewa lahan 3 bulan 350 350 Peralatan perikanan 1 set 165 165 Bunga Bank (12% per thn) 1.214.910 975.3 (JmlI+jmlIIx12%/12x3) Jumlah 1.729.910 1.490.300 Jumlah Biaya II+III 40.726.910 32.500.300
IV PENDAPATAN Ikan konsumsi (vaksinasi) 4 kg 12 48.000.000 - 32 ekor Ikan konsumsi (tanpa vaksinasi) 3 kg 12 - 36.000.000 24 ekor
V KEUNTUNGAN Periode 1 siklus 7.273.090 3.499.700 Tahun 3 siklus 21.819.270 10.499.100 Tabel 4. Analisa Usaha Pembesaran Ikan Lele dengan dan tanpa Aplikasi Vaksin HydroVac Tabel 5. Analisa Usaha Pembesaran Ikan Gurame dengan dan tanpa Aplikasi Vaksin Hydrovac Tabel 6. Analisa Usaha Pembesaran Ikan Nila di Kolam dengan dan tanpa Menggunakan Vaksin StreptoVac No Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah (Vaksinasi) Jumlah (Tanpa Vaksinasi)
I INVESTASI Sewa Lahan 500 m2 per thn 1 tahun 1.000.000 1.000.000 1.000.000 Peralatan perikanan 1 set 500 500 Jumlah 1.500.000 1.500.000
II BIAYA VARIABEL Benih (silet) 7.5 ekor 2.25 16.875.000 16.875.000 Pakan (vaksinasi) 173 Bal/30kg 211 36.503.000 - Pakan (tanpa vaksinasi) 125 Bal/30kg 211 - 26.375.000 Tenaga kerja (2 orang) 8 OB 300 4.800.000 4.800.000 Vaksin 1 botol 60 60 - Vaksin Booster 2 botol 60 120 - Jumlah 58.358.000 48.050.000
III BIAYA TETAP Penyusutan Sewa lahan 1 tahun 1.000.000 1.000.000 Peralatan perikanan 1 set 165 165 Bunga Bank (12% per thn) 7.182.960 5.946.000 (JmlI+jmlIIx12%) Jumlah 8.347.960 7.111.000 Jumlah Biaya II+III 66.705.960 55.161.000 IV PENDAPATAN Ikan konsumsi (vaksinasi) 2.813 kg 30 84.390.000 - 5.625 ekor Ikan konsumsi (tanpa vaksinasi) 2.063 kg 30 - 61.890.000 4.125 ekor V KEUNTUNGAN Periode 1 siklus 17.684.040 6.729.000 Tabel 5. Analisa Usaha Pembesaran Ikan Gurame dengan dan tanpa Aplikasi Vaksin Hydrovac No Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah (Vaksinasi) Jumlah (Tanpa Vaksinasi) I INVESTASI Sewa Lahan 500 m2 per thn 1 tahun 1.000.000 1.000.000 1.000.000 Peralatan perikanan 1 set 500 500 Jumlah 1.500.000 1.500.000 II BIAYA VARIABEL Benih (sangkal) 7.5 ekor 150 1.125.000 1.125.000 Pakan (vaksinasi) 63 Bal/30kg 211 13.293.000 - Pakan (tanpa vaksinasi) 51 Bal/30kg 211 - 10.761.000 Tenaga kerja (2 orang) 3 OB 300 1.800.000 1.800.000 Vaksin 1 botol 75 75 - Jumlah 16.293.000 13.686.000 III BIAYA TETAP Penyusutan Sewa lahan 3 bulan 350 350 Peralatan perikanan 1 set 165 165 Bunga Bank (12% per thn) 533.79 455.58 (JmlI+jmlIIx12%/12x3) Jumlah 1.048.790 970.58 Jumlah Biaya II+III 17.341.790 14.656.580 IV PENDAPATAN Ikan konsumsi (vaksinasi) 1.594 kg 13.5 21.519.000 - 6.375 ekor Ikan konsumsi (tanpa vaksinasi) 1.312 kg 13.5 - 17.712.000 5.25 ekor V KEUNTUNGAN Periode 1 siklus 4.177.210 3.055.420 Tahun 3 siklus 12.531.630 9.166.260
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI
Isolat lokal asli Indonesia (indigenous spesies) dan masing-masing master seed vaksin telah dilengkapi dengan data sequencing-DNA
Indikasi : HydroVac merupakan vaksin inaktif bakteri Aeromonas hydrophila-AHL0905-2 untuk pencegahan penyakit Motile Aeromonas Septicemia pada ikan air tawar
Komposisi : HydroVac mengandung 1011 cfu/ml sel utuh (whole cell) bakteri Aeromonas hydrophila-AHL0905-2 yang merupakan isolat lokal terseleksi, dan Phosphate Buffered Saline (PBS) sebagai pelarut
Indikasi : StreptoVac merupakan vaksin inaktif bakteri Streptococcus agalactiae-N14G untuk pencegahan penyakit Streptococcosis pada ikan nila.
Komposisi : StreptoVac mengandung 1011 cfu/ml sel utuh (whole cell) bakteri S. agalactiae-N14G yang merupakan isolat lokal terseleksi dan Phosphate Buffered Saline (PBS) sebagai pelarut.
Sumber:
Taukhid, Lusiastuti A.M., Sugiani D., Sumiati T., Uni Purwaningsih, 2013. Penggunaan Vaksin HydroVac dan StreptoVac untuk Pencegahan Penyakit Potensial pada Ikan Air Tawar. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Senin, 23 Juli 2018

Pengawetan Ikan Menggunakan Biji Picung Beku

DESKRIPSI TEKNOLOGI
Biji picung (Pangium edule Reinw.) telah lama digunakan sebagai pengawet ikan oleh nelayan di daerah Banten, Jawa Barat, Sulawesi Utara, serta daerah lain yang sulit mendapatkan pasokan es. Dalam pemanfaatannya, nelayan biasa mencampurkan picung yang telah dicacah yang dicampur dengan garam, kemudian melumurkannya ke seluruh permukaan dan bagian rongga perut ikan. Dalam praktek, penggunaan picung ini dapat mengawetkan ikan selama beberapa hari.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa penggunaan 3 – 4 % picung yang dicampur dengan 2 – 3 % garam, dapat mempertahankan kesegaran ikan hingga 4 hari pada suhu ruang. Selain itu, secara in vitro ekstrak picung terbukti mampu mengambat pertumbuhan baik bakteri Gram positif maupun Gram negatif seperti Staphylococcus aureus, Pseudomonas fluorescens, Salmonella thypimurium, Enterobacter aerogenes dan Micrococcus lactis.
Hasil penelitian di laboratorium dan penggunaan secara tradisional di lapangan menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan biji picung untuk menghambat proses ikan sangat terbuka luas. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kendala teknis dalam penggunaannya di lapangan. Di antaranya adalah waktu panen picung yang hanya sekali dalam setahun sehingga ketersediaannya terbatas pada musim tertentu; proses penyiapannya kurang praktis karena biji picung harus dipisahkan dulu dari cangkangnya lalu dicacah setiap akan digunakan. Selain itu, biji yang telah dipisahkan dari cangkangnya mudah berubah warna menjadi kecoklatan. Pencoklatan yang diakibatkan oleh aktivitas enzim fenol oksidasi di dalam biji picung ini menyebabkan penurunan daya pengawetan biji picung terhadap ikan segar, selain tentu saja akan mempengaruhi warna ikan yang diawetkan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi yang dapat menjamin ketersediaan biji picung sepanjang tahun dalam bentuk yang praktis, mudah digunakan sekaligus memiliki daya pengawetan ikan yang tinggi. Pengawetan biji picung dengan cara pengeringan telah dicoba dilakukan, namun hasilnya tidak memuaskan karena biji picung menjadi coklat dan daya pengawetan terhadap ikan pun sangat berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembekuan biji picung dapat menghambat kerja enzim yang berperan dalam proses oksidasi biji picung yang menyebabkan biji picung berwarna coklat. Kemampuan biji picung untuk mengawetkan ikan masih dapat dipertahankan meskipun disimpan dalam kondisi beku. Penggunaan biji picung beku pada ikan nila dapat memperpanjang daya simpan ikan hingga 3-4 kali lebih lama jika dibandingkan dengan ikan nila tanpa pengawetan. Ikan yang disimpan pada suhu ruang tanpa pengawetan hanya bisa bertahan selama 8-12 jam saja. Selain itu biji picung beku mempunyai daya anti bakteri khususnya E. coli dan S. aureus.
PENGERTIAN
Picung (Pangium edule Reinw) adalah tumbuhan yang tergolong Spermatophyta. Biji buah picung dalam bentuk terfermentasi dikenal sebagai keluwak adalah tanaman liar yang banyak ditemui di hutan pada ketinggian hingga 1.000m. Biji picung banyak mengandung asam sianida dan tanin, yang diyakini berfungsi sebagai bahan pengawet. Asam sianida bersifat antimikroba, tetapi dalam jumlah banyak dapat menyebabkan keracunan pada manusia. Meskipun demikian, penggunaan biji picung sebagai pengawet ikan tidak membahayakan kesehatan dan keselamatan konsumen karena asam sianida diketahui mudah menguap dalam suhu ruang.
RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS
Persyaratan Teknis
Selama proses pengupasan dan pencincangan biji picung harus diusahakan agar proses pencoklatan dihindarkan dengan selalu menggunakan suhu rendah, mengurangi cahaya, dan bekerja cepat. Selama disimpan, biji picung beku diusahakan tetap dalam keadaan beku. Kemudian pada tahap pelelehan dan aplikasi, biji picung beku sebaiknya tidak terpapar langsung dengan sinar matahari. Konsentrasi biji picung beku yang digunakan untuk pengawetan ikan harus tidak melebihi konsentrasi yang dianjurkan.
Rincian teknologi
Teknologi penyiapan biji picung beku:
1. Penyiapan biji picung cincang (sebaiknya dilakukan pada ruang tertutup bersuhu rendah) :
 Buah picung dikupas kulitnya dan diambil bijinya
 Biji picung dibersihkan lalu dibuka dengan memecahkan kulitnya
 Bagian dalam biji picung dicungkil, dikumpulkan dan dicincang
2. Pengemasan biji picung cacah
 Biji picung cincang dikemas dalam kantong plastik berukuran ± 1 kg
3. Pembekuan: biji picung dalam kemasan plastik dibekukan pada suhu -10o s/d - 18°C selama beberapa jam, selanjutnya disimpan dalam keadaan beku
4. Aplikasi pada ikan
 Biji picung beku dilelehkan pada suhu ruang sebelum digunakan
 Konsentrasi yang disarankan sebanyak 4% dari bobot ikan segar, penggunaannya dapat dikombinasikan dengan garam sebanyak 1-2% dari bobot ikan
 Biji picung dilumurkan ke seluruh permukaan ikan dan dimasukkan ke rongga perut ikan yang telah disiangi isi perutnya. Perlu diperhatikan bahwa sejak pemanenan, biji picung harus dilindungi dari cahaya matahari, udara (oksigen) dan suhu tinggi. Proses produksi biji picung beku ini sebaiknya dilakukan secara bertahap, tanpa menunggu bahan baku terkumpul dalam jumlah banyak. Karena biji picung yang tidak segera dibekukan akan menjadi coklat dan daya awetnya menurun. Pada saat pendistribusian, biji picung beku harus dijaga dalam kondisi beku dan tidak terpapar sinar matahari.
KEUNGGULAN TEKNOLOGI
 Biji picung beku sangat praktis karena tidak perlu memecahkan, mencungkil dan mencincang biji picung setiap akan mengawetkan ikan,
 Dalam keadaan beku dapat tersedia dengan daya pengawetan yang sama sepanjang tahun tanpa terkendala musim,
 Biji picung beku memang tidak lebih unggul dibandingkan pengawetan dengan suhu rendah/es yang hingga saat ini masih tidak tergantikan.
Akan tetapi teknologi ini memberikan solusi untuk daerah-daerah di mana refrigerasi/es tidak tersedia, seperti di daerah terpencil, yang masyarakatnya lebih banyak mengenal ikan asin daripada ikan segar.
 Teknologi ini dapat mencegah penyalah-gunaan bahan pengawet berbahaya seperti formalin untuk mengawetkan ikan.
 Mudah diterapkan dalam sistem usaha kelautan dan perikanan secara berkelanjutan seseuai dengan daerah pengembangan (ekologi, sosial budaya, ekonomi, teknis, infrastruktur, fiksal, hukum dan kelembagaan)
 Teknologi pengawetan biji picung dapat mendorong berkembangnya industri bahan pengawet alami yaitu biji picung beku, yang aman dan mudah digunakan di pusat-pusat penjualan ikan segar yang terpencil atau yang tidak terjangkau oleh pasokan es. Teknologi pembekuan ini dapat dintroduksikan kepada UKM atau koperasi nelayan yang berada di wilayah terpencil.
 Industri biji picung beku bahkan dapat mendorong pembudidayaan pohon picung, terutama di lahan kering atau lahan terlantar, sehingga produksi dapat ditingkatkan, karena saat ini ketersediaan biji picung masih terbatas karena masih mengandalkan tanaman yang ada di hutan/kebun dan tidak tersebar merata di seluruh Indonesia.
WAKTU DAN LOKASI REKOMENDASI
Aplikasi biji picung beku untuk pengawet ikan masih dilakukan pada skala laboratorium, karena belum ada investor yang tertarik untuk membuat biji picung beku.
Teknologi ini layak diterapkan di tempat pendaratan ikan yang terpencil dan susah mendapatkan pasokan es sebagai pengawet. Sasaran pengguna teknologi (pembuat biji picung beku dan pengguna biji picung beku dalam pengawetan ikan) adalah UKM atau koperasi nelayan terutama yang memiliki fasilitas mesin penyimpan dingin (beku.)
KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF
Tanaman picung mengandung asam sianida yang cukup besar jumlahnya baik pada batang, daun dan buahnya. Namun demikian, asam sianida bersifat mudah menguap bahkan pada suhu kamar sehingga akan hilang pada saat ikan dimasak, sehingga tidak beresiko terhadap kesehatan dan keselamatan konsumen.
KELAYAKAN FINANSIAL
Biaya pengawetan ikan menggunakan es memerlukan biaya sekitar 1000-3000 rupiah/kg ikan (tergantung lama penyimpanan), bila es ditambahkan terus menerus dapat mengawetkan ikan hingga 10-12 hari. Pengawetan dengan biji picung beku memerlukan sekitar 500 rupiah/kg ikan dengan daya awet 2-3 hari. Tanpa pengawetan, ikan akan busuk dalam waktu 8 jam. Biaya pengangkutan biji picung beku ke pusat pendaratan ikan jauh lebih mudah, lebih praktis dan lebih murah dibandingkan dengan pengangkutan es, atau pengangkutan biji picung segar yang masih bercangkang.
T I N G K AT K O M P O N E N D A L A M NEGERI
Bahan baku yang diperlukan, yaitu buah picung (Pangium edule Reinw.) merupakan tanaman asli Indonesia, banyak tersebar di hutan daerah dataran tinggi di beberapa wilayah Indonesia.
Sumber:
Heruwati E. S., Rachmawati N., dan Hermana I., 2013. Pengawetan Ikan Menggunakan Biji Picung Beku. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.