Selasa, 30 Januari 2018

MEMBUAT PAKAN IKAN BERKUALITAS


Proses pembuatan pakan merupakan kelanjutan dari proses pemilihan dan pengolahan bahan baku. Dalam proses pembuatan pakan ditempuh berbagai tahap, yaitu penggilingan/penepungan, pencampuran, pencetakan, pengeringan, dan pembentukan.

A.   Penggilingan/Penepungan
Penggilingan/penepungan adalah untuk memperkedl dan menghaluskan bahan baku yang semula masih berbentuk gumpalan atau bongkahan sehingga permukaannya menjadi lebih luas.  Dengan demikian, nilai kandungan nutrisi per satuan berat pakan yang dimangsa oleh ikan menjadi lebih besar. Penggilingan/penepungan juga akan mempermudah proses berikutnya, yaitu pencampuran dan pencetakan/pemeletan.

Perlu diperhatikan bahwa pada saat berlangsung proses penggilingan/penepungan, sering kali laju oksidasi bahan baku meningkat karena permukaan partikel semakin luas sehingga memudahkan kontak dengan oksigen di udara.  Oleh karena itu, zat antioksidan seringkali ditambahkan pada saat proses ini berlangsung.  Penambahan zat antioksidan pada proses ini dapat memberikan keuntungan ganda, yaitu 1) meningkatkan stabilitas bahan terhadap oksidasi udara dan mengurangi tingkat oksidasi selama proses berlangsung, dan 2) memperbesar tingkat pencampuran zat antioksidan yang jumlahnya
Hasil Penggilingan/penepungan perlu diayak lagi untuk mendapatkan Partikel yang sesuai dengan stadia pertumbuhan ikan/udang tidak terlalu besar secara lebih merata sehingga stabilitas produk akhir cerhadap proses oksidasi menjadi lebih terjamin.
Bahan baku yang telah digiling kemudian diayak untuk mendapatkan partikel yang sesuai dengan kebutuhan ikan.  Semakin kecil stadia ikan maka partikel pakan semakin halus. Beberapa jenis bahan pengayak yang dapat digunakan antara lain ayakan kawat, ayakan nilon, ayakan kopi, dan lain-lain.  Peralatan lain yang digunakan dalam proses penggilingan/penepungan antara lain alat penumbuk padi, alat penggiling, mesin penepung (hammer mill) atau grinder yang digerakkan dengan tenaga listrik.  Selain cukup sederhana dan tidak perlu investasi besar, .peralatan ini dapat menghemat tenaga manusia, produk yang dihasilkan juga cukup lumayan, yaitu dapat mencapai tingkat produksi sekitar 240—400 kg/hari.

B.    Pencampuran
Bahan baku yang telah berbentuk tepung ditimbang sesuai dengan jumlah bahan baku yang akan digunakan.  Apabila bahan baku yang akan digunakan cukup banyak sebaiknya digunakan timbangan
 Serok berfungsi sebagai pengganti mixer untuk mencampur bahan dalam jumlah banyak duduk atau timbangan beras. Namun, bila sedikit sebaiknya menggunakan timbangan kue atau timbangan lainnya yang mempunyai tingkat ketelitian lebih tinggi.
Setelah ditimbang, bahan dicampur secara merata dan homogen agar seluruh bagian pakan yang dihasilkan mempunyai komposisi  zat  gizi  yang   merata   dan   sesuai  dengan   formulasi.     Pencampuran bahan-bahan dilakukan secara bertahap mulai dari bahan yang volumenya paling besar hingga bahan yang volumenya paling kecil. Pencampuran bahan baku dalam jumlah kecil dapat dilakukan pada wadah dan pengadukannya dapat dilakukan dengan tangan atau alat seperti centong nasi.   Pencampuran bahan baku  dalam jumlah besar biasanya menggunakan alat bantu, misalnya serok sebagai pengganti mesin pencampur (mixer).   Untuk memperoleh basil yang sempurna dan homogen dan apabila biaya tersedia maka dianjurkan menggunakan mesin pencampur (mixer).

C.   Pencetakan/Pemeletan
Setelah tercampur merata, campuran bahan baku tersebut kemudian diseduh dengan air panas dan diaduk lagi hingga menjadi adonan yang berbentuk pasta.  Pasta ini kemudian digiling dengan alat  pencetak.     Alat  pencetak  yang  paling  sederhana  menggunakan alat penggiling daging dan yang lebih canggih berupa mesin pencetak pelec (CPM pellet mill).   Jika menggunakan alat ini maka bahan baku harus dalam keadaan kering.

D.  Pengeringan           
Bahan baku yang telah tercetak menjadi pelet kemudian dikeringkan.  Pengeringan ini untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam pakan atau pelet sehingga menjadi minimal dan stabil (seldiar  10%).    Dengan  demikian,  pakan  tidak  mudah  ditumbuhi Jamur atau mikrobe yang telah dibuat.
Pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan bantuan sinar matahari dan secara mekanik dengan bantuan alat (oven) pengering. Kedua cara tersebut tentu mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Pengeringan secara alami, misalnya, tidak memerlukan biaya investasi  dan operasional  alat,  tetapi sangat tergantung pada terik sinar matahari dan diperlukan lahan untuk penjemuran.  Sebaliknya, jika digunakan alat pengering maka diperlukan biaya investasi dan operasional alat, tetapi pengeringan dapat dikerjakan di setiap waktu tanpa terikat musim, luas lahan yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat ditekan, suhu lebih mudah diacur sesuai keinginan.
Berdasarkan kelebihan dan kelemahan tersebut dan bila lahan penjemuran tersedia maka pada saat terik matahari sebaiknya dilakukan pengeringan secara alami (penjemuran).  Sebaliknya, bila tiba musim hujan atau lahan penjemuran tidak cukup tersedia maka sebaiknya digunakan alat pengering walaupun diperlukan biaya tambahan.
Pengeringan secara alami dengan bantuan sinar matahari merupakan alternatii uncuk menghemat biaya operasional, terutama jika

Pada saat dijemur,  pellet sesekali dibalik-balik agar proses pengeringan lebih merata, lahan penjemuran cukup tersedia. Untuk  mengatasi biaya investasi yang besar bagi pengadaan alat pcngering maka dibuat alat pengering sederhana yang menggunakan tenaga kompor minyak tanah yang sangat cocok  dikembangkan  di  pcdcsaan,  tcrmasuk  untuk  mengeringkan pakan atau pelet yang telah dibuat.

E.   Pembentukan
Bentuk pakan berkaitan erat dengan tingkat stadia (umur) ikan. Ikan dengan stadia dini (larva) biasanya diberi pakan berbentuk tepung (powder), suspensi, atau lembaran; ikan stadia juvenil diberi pakan berbentuk remah (crumble); ikan stadia lanjut (dewasa) diberi pakan bentuk pelet.
Sesuai dengan kebutuhan jenis dan stadia ikan maka pakan yang semula  berbentuk  pelet  dapat  dijadikan  bentuk  lain  misalnya bentuk rumah, tepung, atau bentuk-bentuk lainnya dengan menggunakan alat yang paling sederhana (misalnya penggiling kopi).
Mesin untuk mengubah .pakan berbentuk pelet menjadi bentuk tepung disebut mesin mikro pulverizer, sedangkan alat untuk mengubah menjadi bentuk remah disebut mesin crumble.   Setelah proses  pembuatan  pakan  selesai  maka  pelet  yang  dibuat  siap dikonsumsi ikan atau dipasarkan.

Referensi:

Sahwan M. F., 1999.  PAKAN IKAN DAN UDANG (Formulasi, Pembuatan, Analisis Ekonomi). Penebar Swadaya, Jakarta.

Selasa, 23 Januari 2018

BUDIDAYA BELUT


PENYIAPAN SARANA DAN PERALATAN
1.  Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2.  Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
3.  Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m 2 . Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m 2 . Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m 2 . Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m 2 . Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m 2 , hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
4.  Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
5.  Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
6.  Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
PENYIAPAN BIBIT
1.  Menyiapkan Bibit
a.  Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
b.  Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
c.   Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam perikanan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
d.  Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m 2 . Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5-2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
2.  Perlakuan dan Perawatan
Bibit Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
PEMELIHARAAN PEMBESARAN
1.  Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
2.  Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3.  Pemberian Vaksinasi
4.  Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.

Referensi:
Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta

Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya (Anggota IKAPI). Jakarta.

Selasa, 02 Januari 2018

MEMBUAT PAKAN IKAN TERAPUNG


Bagi Anda para peternak ikan, pasti sudah mengenal jenis usaha yang satu ini. Budidaya ikan memang sudah menjadi budaya tersendiri, cara membuat pelet ikan apung ini pun memang cukup menjanjikan hasilnya yang bisa kita dapat.
Tapi Anda harus ingat juga bahwa usaha yang sekarang berjalan ini memiliki resiko yang besar, karena pasaran Anda adalah makhluk hidup, jadi benar-benar harus ekstra hati-hati dalam penanganannya.
Resiko yang ada ini harus bisa berdampak positif pada sasaran pasaran Anda, kalau salah dalam langkah pengerjaannya akan berujung tidak baik, kami sarankan Anda cari tahu dulu kandungan pakan ikan yang akan Anda buat.
Mengingat harga pakan yang kian hari kian melambung, menurut kami membuat pakan ikan sendiri merupakan solusi terbaik bagi peternak, dan hal ini sering kali menjadi pertanyaan bagi para pembudidaya ikan.
Agar pakan ikan yang diproduksi mencukupi nutrisi yang dibutuhkan setiap ikan. Maka para produsen meramu pakan untuk masing–masing ikan, dengan komposisi yang berbeda disesuaikan dengan jenis ikan.
Prospek usaha pelet ikan juga sangat cemerlang dengan berbagai potensi yang sudah ada. Kehadiran pelet ikan dengan penggunaan bahan-bahan lokal ini memang disambut hangat bagi berbagai kalangan pengusaha ikan.
Ya meskipun tidak semua jenis budidaya ikan harus menggunakan pelet sebagai makanannya, tapi sebaiknya kita perhatikan kandungan gizi pada ikan yang dibutuhkan bagi pertumbuhannya.
Sebenarnya kalau kita lihat, ada banyak sekali jenis pakan untuk ikan, tapi pelet itu bisa dibilang yang paling praktis dan hampir semua jenis ikan menyukai pelet yang terapung.
Bagi sebagian besar peternak ikan menggunakan pakan pelet tapi seringnya tidak dengan dosis anjuran, dengan kata lain kandungan pada pelet apung itu sangat tinggi.
Nah masalahnya kalau terlalu tinggi kandungan dan pemberian pakan yang tidak sesuai dosis, akan memungkinkan air jadi tercemar dan terkontaminasi oleh kandungan pakan yang berlebih, apalagi kalau pakan ikan yang mudah tenggelam akan memudahkan air tercemar.
Intinya dalam hal penting yang harus Anda perhatikan adalah kandungan dosis pada adonan pakan yang dibutuhkan, dengan sasaran Anda, produksi pakan Anda berpusat pada ikan jenis apa dan umur ikan berapa.
Bahan baku lokal yang dapat digunakan untuk pembuatan pakan ikan antara lain jagung, tepung ikan, dedak padi atau gandung, bungkil kedelai, minyak ikan, minyak sawit, mineral serta asam amino. Yang terpenting bahan tersebut mengandung protein, bernutrisi tinggi, mudah diolah dan dihaluskan, tidak mengandung racun, serta mudah diperoleh di daerah tersebut.

Bahan Pembuatan Pelet Ikan Apung

  • Tepung kedelai 200 gram
  • Tepung ikan 120 gram
  • Tepung darah 100 gram
  • Kaldu 80 gram
  • Vitamin 50 gram
  • Tepung daun turi 350 gram
  • Dedak halus 350 gram
  • Tepung terigu 100 gram
  • Garam mineral 10 gram

7 Langkah Mudah Membuat Pelet Ikan Apung

  1. Langkah pertama yang harus Anda siapkan dalam pembuatan pelet ikan apung adalah menyiapkan bahan baku. Bahan baku tersebut yang masih kasar bisa Anda haluskan terlebih dahulu dengan menggunakan mesin penggiling, selanjutnya hasil gilingannya bisa diayak sampai didapatkan tepung yang bertekstur halus.
  2. Kemudian Anda masukkan pertama kali bahan-bahan yang bersifat perekat, seperti tepung tapioka dengan pemakaian sekitar 10% sampai 20% dari total campuran pakan total yang digunakan.
  3. Bisa ditambahkan air secukupnya agar bisa mengikat adonan lainnya. Sebagai alternatif, Anda juga bisa menggunakan tepung gaplek dan tepung onggok.
  4. Masukkan bahan sumber protein utama seperti tepung ikan minimal 20% dari total campuran pakan total. Tepung ikan bisa juga diganti dengan tepung kepala udang, tepung tulang maupun tepung jeroan, sesuai dengan ketersediaan.
  5. Masukkan bahan pelengkap lainnya seperti dedak halus maksimal sebanyak 30% dari total campuran pakan total. Kalau memakai bungkil kedelai bisa dengan konsentrasi maksimal 40%.Untuk pelengkap lainnya seperti minyak ikan maksimal 10% dari total campuran pakan total. Bisa juga ditambahkan 1% sampai 2% kalsium karbonat atau kapur dan juga sekitar 1% sampai 3% vitamin B komplek dan vitamin lainnya. Semua bahan ini kemudian dimixer selama 10 menit hingga benar-benar rata.
  6. Terakhir campuran ini diolah dengan mesin pencampur bahan pelet ikan atau mesin ekstruder sistem kering. Secara otomatis pelet yang dihasilkan sudah dalam keadaan kering dan memiliki sifat pakan apung.
  7. Setelah kering pelet dikemas dalam kantong plastik yang kedap air dan tempatkan dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang baik.

Persyaratan Bahan Pakan Ikan Apung

Sebenarnya membuat adonan pelet itu tidak sulit terutama pada pembuatan pelet yang biasa, tapi masalahnya pelet yang biasa pengolahannya itu sangat mudah sekali tenggelam.
Nah itu sebabnya Anda harus mengolahnya secara istimewa untuk pakan ikan yang bisa terapung. Penyebab pakan pelet ikan tidak bisa lama terapung di air itu karena bahannya yang belum komplek atau belum pas pada takarannya.
Biasanya terdapat pada bahan ikan yang dihaluskan itu belum cukup kering, ikan bekas yang dihaluskan itu ya sebaiknya harus benar-benar berbentuk tepung dan kering, cara pengerjaannya juga gampang, Anda tinggal menjemur ikannya itu seharian atau menggunakan bantuan mesin oven dan mesin penepung pelet.
Bahan pelet ikan alami merupakan sumber protein, vitamin, dan mineral. Maka dari itu pelet ikan harus memenuhi beberapa syarat mutu yang dibutuhkan, antara lain:
  • Mengandung nilai gizi yang tinggi
  • Mudah diolah dan tidak mengandung racun
  • Harga yang murah dan terjangkau
  • Mudah diperoleh baik dari segi waktu maupun jumlah
  • Bukan merupakan makanan pokok manusia
  • Butirannya halus atau bisa dihaluskan

Penggunaan Mesin Pencampur Bahan Pelet (Mesin Ekstruder)

Kalau Anda ingin memproduksi pelet pakan ikan dalam kuantitas yang banyak, Anda bisa menggunakan bantuan Mesin Pencampur Bahan Pelet (Mesin Ekstruder) sebagai alat bantu pada tahap pencampuran atau homogen. Mesin ini bisa berguna untuk menghasilkan pakan sesuai dengan ukuran yang Anda inginkan.
Sumber Pustaka: 
https://www.rumahmesin.com/cara-membuat-pelet-ikan-apung/
http://www.agrotani.com/cara-mudah-membuat-pelet-apung/